Bekerja dalam sebuah institusi dan tempat kerja tertentu selalu menggariskan adanya posisi pemimpin dan bawahan. Tiap posisi baik itu pemimpin atau pun bawahan memiliki tanggung jawab atau beban kerja yang berbeda.Â
Di balik tanggung jawab itu, terjalin interaksi dan relasi antara pemimpin dan bawahan. Sejatinya, relasi kedua belah pihak itu berlangsung harmonis agar tempat kerja menjadi nyaman, target kerja tertentu bisa berjalan dan tercapai sebagaimana mestinya.Â
Masalahnya, saat relasi antara pemimpin dan bawahan tak harmonis. Ketidakharmonisan  itu bisa menghambat alur  dan target kerja.Â
Ketakharmonisan antara pemimpin dan bawahan itu bisa disebabkan oleh pelbagai faktor, seperti misal sikap dan perlakuan pemimpin atau juga perilaku dan tanggapan bawahan atas kepercayaan yang diberikan atas tugas tertentu.Â
Pada satu sisi, sangat normal adalah masalah di tempat kerja. Namun, menjadi tak normal, saat situasi itu terjadi berlarut-larut, dan bermula dari seorang pemimpin.Â
Pemimpin itu ibarat mercusuar yang menjadi panduan bagi bawahan. Saat pemimpin memberikan arah yang berbeda, arah bawahan juga berjalan tak tentu arah.Â
 Tak jarang terjadi bahwa pemimpin juga menjadi sebab dari relasi tak harmonis di lingkungan kerja. Hal itu bisa disebabkan oleh pelbagai faktor, dan salah satunya adalah perilaku pemimpin dalam menyikapi masalah tertentu yang terjadi di lingkungan kerja.Â
Salah satu sikap yang barangkali Anda pernah jumpai adalah playing victim seorang pemimpin.Â
Sikap playing victim ini serupa dengan perilaku mencuci tangan setelah melakukan dan terjadi kesalahan dan masalah di dunia kerja. Ketika ada kesalahan dan masalah yang disebabkan oleh seorang pemimpin, ada upaya si pemimpin untuk lari dan membersihkan diri dari dari kesalahan dan masalah tersebut tersebut.
Upaya itu dilakukan dengan cara mencari faktor lain sebagai sebab dari terjadinya masalah dan kesalahan itu. Biasanya, si pemimpin mempermasalahkan faktor lain, seperti menjadikan bawahan tertentu sebagai "kambing hitama" atau situasi tertentu sebagai sebab dari kesalahan yang terjadi.Â