Bagaimana pun, keluarga masuk dalam konteks domestik, yang mana ada aturan mainnya tersendiri. Relasi suami-istri bisa memainkan aturan seturut kesepakatan bersama tanpa terlalu terikat dengan ikatan dan belenggu budaya.Â
Termasuk langkah membangun kesetaraan di antara kedua belah pihak. Di sini, kedua belah pihak bisa memilih tak terikat dari pandangan budaya yang bisa berujung pada kerusakan dalam relasi.Â
Dengan ini, apa pun pekerjaan dan usaha dari setiap pasangan harus dihargai. Atau juga, perlu penghilangan pandangan bahwa pihak laki-laki lebih tinggi dan dominan dari wanita. Â
Setiap pihak mesti sama. Konsekuensinya adalah pekerjaan salah satu pasangan mesti dihargai. Tak boleh memandang pasangan dari pekerjaan yang dimiliki.
Sikap insecure dalam kerap menjadi biang keretakan dari relasi suami-istri jika tak disikapi secara positif dan tepat sasar. Oleh sebab itu, setiap pasangan selalu terbuka berkomunikasi guna mengoreksi dan melihat atau menyadari kekuarangan dan kelemahan dari masing-masing.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H