Oleh sebab itu, STY mengambil hati suporter dan badan sepak bola Indonesia (PSSI) pada waktu dan dengan cara yang tepat.Â
Waktunya tepat lantaran Indonesia sementara berada dalam iklim politik. Bukan tak mungkin, sepak bola juga dikaitkan dengan politik, dan untuk menenangkan massa atau menarik simpatisi massa, sepak bola ikut masuk pusaran politik.Â
STY selamat dari pusaran itu. Kemenangan dari Vietnam bisa mengamankan tempat STY untuk terus berkiprah di Indonesia.Â
Akan tetapi, ada pekerjaan rumah yang masih tertinggal bagi STY yakni mendapatkan gelar juara. Gelar juara ini kerap menjadi tagihan dari sebagian suporter.Â
Pendek kata, sebagaimana filosofi yang kerap diterapkan oleh Jose Mourinho, permainan menarik dan menawan tak cukup apabila tak dibarengi dengan trofi atau pun kemenangan.Â
Makanya, kemenangan Indonesia kontra Vietnam boleh saja menarik perhatian suporter Indonesia. STY kembali mencuri hati pecinta sepak bola Indonesia.Â
Akan tetapi, hal itu tak cukup. Ada sesuatu yang masih hilang dan dibutuhkan oleh pecinta sepak bola dari empat tahun era STY melatih timnas Indonesia.Â
Trofi juara menjadi idaman banyak suporter Indonesia. Hal itu menjadi tanggung jawab lanjut STY untuk terus menguatkan mentalitas para pemain.Â
Keuntungannya bahwa skuad timnas yang di bawah STY ke Piala Asia 2023 berada pada kisaran 24 tahun. Banyak pemain muda. Artinya, masa depan sepak bola Indonesia berada pada jalur yan tepat apabila menimbang usia dari pemain.Â
Dengan itu, proyek STY bersama timnas berjalan pada jalur yang tepat. Skuad yang sudah terbangun dan terasah ini bisa menjadi andalan timnas saat menghadapi kompetesi di Asia Tenggara. Dengan itu pula, trofi yang dinanti-nantikan di level Asia Tenggara bisa hadir di tanah air.Â
STY menarik hati dengan cara yang tepat Akan tetapi, cara itu belum lengkap apabila STY belum mempersembahkan trofi juara bersama timnas.Â