Lebih jauh, hal itu juga ditandai oleh langkah Ten Hag yang masih cenderung mengutak-atik skuadnya dan belum menemukan formasi dengan komposisi pemain yang sama.Â
Tentu saja, di satu sisi hal itu disebabkan oleh faktor cedera pemain. Di sisi lain, hal itu tampaknya dipengaruhi oleh perbedaan karakter pemain yang ada dalam skuad MU di setiap posisi.
Hojlund yang dibeli dari Atalanta untuk mengisi posisi striker lebih berkarakter sebagai striker dengan bermain langsung. Seperti Erling Haaland di Manchester City, Hojlund membutuhkan suplai dan umpan cepat dari rekan setimnya.Â
Masalahnya, Hojlund tak mempunyai sistem permainan yang sesuai karakter. Baik Garnacho, Rashford, dan apalagi Anthony di sektor sayap lebih cenderung memegang bola lebih lama daripada segera memberikan umpan ke striker ketika mendapatkan peluang.
Yang terlihat cocok dengan karakter Hojlund adalah Eriksen, B. Fernandes, dan Casemiro yang mana mereka cepat mengalirkan bola ke area depan daripada memilih memegang bola lebih lama di kaki. Namun, hal itu tak dibarengi oleh para pemain secara keseluruhan.
Ya, MU seperti tanpa karakter karena perbedaan karakter di antara pemain. Akibatnya, MU tampil tidak konsisten. Kekalahan dari Nottingham Forest menjadi akhir kisah yang sangat pahit bagi MU di pengujung tahun 2023.
Untuk itu, pekerjaan terberat Ten Hag andaikata bertahan di kursi pelatih pada tahun 2024 adalah mengembalikan karakter permainan MU.Â
Caranya adalah menginstruksikan pemain untuk bermain sebagai tim daripada menekankan level individual. Juga, mengedepankan pemain yang cocok dengan karakter permainan tim daripada pemain yang berlabel mahal untuk berada di skuad tim.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H