Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kalah dari Nottingham Forest Ungkap Kendala Terbesar Manchester United

31 Desember 2023   06:05 Diperbarui: 1 Januari 2024   03:18 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raut wajah kecewa Garnacho saat MU bermain kontra Nottingham Forest. Foto: Darren Staples/AFP via Kompas.com

Lebih jauh, hal itu juga ditandai oleh langkah Ten Hag yang masih cenderung mengutak-atik skuadnya dan belum menemukan formasi dengan komposisi pemain yang sama. 

Tentu saja, di satu sisi hal itu disebabkan oleh faktor cedera pemain. Di sisi lain, hal itu tampaknya dipengaruhi oleh perbedaan karakter pemain yang ada dalam skuad MU di setiap posisi.

Hojlund yang dibeli dari Atalanta untuk mengisi posisi striker lebih berkarakter sebagai striker dengan bermain langsung. Seperti Erling Haaland di Manchester City, Hojlund membutuhkan suplai dan umpan cepat dari rekan setimnya. 

Masalahnya, Hojlund tak mempunyai sistem permainan yang sesuai karakter. Baik Garnacho, Rashford, dan apalagi Anthony di sektor sayap lebih cenderung memegang bola lebih lama daripada segera memberikan umpan ke striker ketika mendapatkan peluang.

Yang terlihat cocok dengan karakter Hojlund adalah Eriksen, B. Fernandes, dan Casemiro yang mana mereka cepat mengalirkan bola ke area depan daripada memilih memegang bola lebih lama di kaki. Namun, hal itu tak dibarengi oleh para pemain secara keseluruhan.

Ya, MU seperti tanpa karakter karena perbedaan karakter di antara pemain. Akibatnya, MU tampil tidak konsisten. Kekalahan dari Nottingham Forest menjadi akhir kisah yang sangat pahit bagi MU di pengujung tahun 2023.

Untuk itu, pekerjaan terberat Ten Hag andaikata bertahan di kursi pelatih pada tahun 2024 adalah mengembalikan karakter permainan MU. 

Caranya adalah menginstruksikan pemain untuk bermain sebagai tim daripada menekankan level individual. Juga, mengedepankan pemain yang cocok dengan karakter permainan tim daripada pemain yang berlabel mahal untuk berada di skuad tim.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun