Masuknya Kaesang Pangarep ke lingkaran politik di tanah air menuai pelbagai diskusi politik. Kaesang mengiakan pinangan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan kemudian setelah beberapa hari mendapatkan kartu anggota, Kaesang ditetapkan sebagai ketua umum PSI.
Diskusi politik pun menghangat. Alasan paling mendasar bukan semata-mata PSI sebagai partai, tetapi status Kaesang sebagai salah satu Putera Presiden Joko Widodo. Masuknya Kaesang ke lingkaran politik sepertinya melengkapi karir politik dari keluarga Presiden Jokowi.
Juga, pilihan Kaesang berbeda dengan pilihan Jokowi dan kakanya, Gibran yang menjabat sebagai walikota Solo. Baik Jokowi dan Gibran merupakan kader PDI-P.
Di balik diskusi itu, satu benang merah yang mewarnai pilihan politik Kaesang adalah soal karakteristik PSI, yang identik dengan partai kaum muda. Bahkan, dalam  pidato sebagai ketum PSI, Kaesang mencontohi kesuksesan partai kaum muda di Thailand, Partai Move Forward (MFP) sebagai refrensi kesuksesan.
Sepintas tentang MFP
MFP merupakan partai kaum muda di Thailand. Kesuksesan besar partai ini adalah memenangkan pemilu dengan raihan 152 kursi parlemen mengungguli partai-partai lama dalam pemilihan umum pada Mei 2023.
Keberhasilan MFP tak lepas dari strategi politik yang dibuat. Selain tak melepaskan sistem kampanye konvensional seperti pemasangan baliho dan pembagian stiker, MFP juga sangat memanfaatkan peran media sosial, terlebih khusus TikTok.
Berbekal pengikut yang banyak, MFP memanfaatkan medsos sebagai instrumen kampanye.Â
Selain media kampanye, MFP juga mempunyai ide politik yang terbilang berani lantaran mengeritisi dan menantang sistem yang sementara terbangun di negara Thailand.Â
Salah satu keberanian MFP adalah menggugat undang-undang tentang hukuman berat yang dilimpahkan kepada siapa saja yang melakukan pencemaran nama baik atau penghinaan ke golongan monarki atau pihak kerajaan dan anggota keluarga kerajaan.