Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Ketika Suami-Istri Bercerai Gegara Mental Inferior Salah Satu Pasangan

14 Juli 2023   21:46 Diperbarui: 16 Juli 2023   19:25 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi relasi Suami-Istri. (Foto: iStockphoto/fizkes via Kompas.com)

Tulisan ini bermula dari cerita seorang teman. Teman saya ini adalah seorang perempuan yang sementara mengajukan perceraiannya di pengadilan sipil. Teman ini bekerja sebagai kepala sekolah dasar negeri di salah satu daerah di Filipina. 

Dia bercerita bagaimana proses perceraiannya berlangsung di pengadilan sipil. Mulai dari urusan pengacara hingga tanya jawab antara dia dengan hakim sewaktu melangsungkan pengadilan. 

Lalu, pembicaraan kami berlanjut pada akar masalah dari perceraian mereka. Teman ini menyatakan bahwa akar dari persoalan yang terjadi disebabkan oleh mentalitas inferior dari suaminya. 

Teman perempuan ini mempunyai karier yang cukup baik. Di usianya yang belum masuk kepala empat, dia sudah dipercayai sebagai seorang kepala sekolah dasar di salah satu kabupaten. 

Untuk konteks Filipina, ketika seseorang dipercayai menjadi kepala sekolah, itu artinya dia mempunyai kompetensi dan peningkatan pangkat di level kepemimpinan. 

Sebaliknya, karier suaminya terbilang stagnan. Suaminya bekerja di salah satu kantor pemerintahan. Boleh dibilang, karier teman saya itu lebih tinggi daripada suaminya. 

Situasi itu ternyata membuat pihak suami tak nyaman. Merasa diri inferior dengan pencapaian yang dialami oleh si istri. Apalagi istrinya makin dikenal dan mempunyai relasi yang cukup baik dengan banyak orang.

Misalnya, sewaktu ada acara di rumah. Banyak teman dari si istri dan umumnya berpangkat tinggi yang datang bertamu. Berbeda dengan suaminya yang hanya mempunyai sedikit teman. 

Situasi itu makin menghambarkan relasi di antara kedua belah pihak. Suami merasa diri tak pantas menjadi pendamping dari temannya itu yang sudah berpangkat tinggi dan terkenal daripada dirinya. 

Tak ayal, seperti ada sikap protes dan kemarahan yang disampaikan. Bahkan, hal itu menimbulkan tuduhan yang tak perlu. Seperti misal, saat si istri pergi dinas keluar kota, kadang suaminya menyampaikan kecurigaan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun