Keputusan Mike Maignan meninggalkan klub asal Liga Perancis, Lille di tahun 2021 agak mengejutkan. Maignan menjadi salah satu pemain penting Lille merebut trofi Liga Perancis musim 2020/21 sekaligus meruntuhkan dominasi Paris Saint Germain (PSG) di level domestik Perancis.
Memang, konsekuensi bagi Lille cukup besar atas kesuksesan yang diperoleh saat itu. Para pemain yang tampil gemilang selama semusim pasti menjadi incaran klub-klub ternama dan mapan di Eropa. Termasuk, Mike Maignan.Â
Maignan tanpa berpikir panjang atas pinangan Milan. Sebenarnya, kalau ditilik lebih jauh Lille sudah menjadi zona nyaman untuk Maigna. Maignan sangat sulit tergantikan dalam skema permainan Lille yang kala itu masih dilatih oleh M. Galtier.
Selain itu, berkat kesuksean di Liga Perancis, Lille mendapat tiket otomatis untuk bermain di Liga Champions Eropa. Bermain di Liga Champions Eropa bisa menjadi pengalaman yang mengenapi karir seorang pemain sepak bola.Â
Akan tetapi, Maignan lebih memilih meninggalkan Lille yang dibelanya sejak tahun 2015 dan pergi ke Milan. Pertimbangan Maignan cukup realistis.Â
Alasan paling pertama adalah Milan kehilangan Gigi Donnarumma yang tak sepakat dengan klub berjuluk Rossonerri itu soal perpanjangan kontrak. Keluarnya Donnarumma dari Milan seperti melapangkan "karpet merah" untuk Maignan di skuad Milan.Â
Alasan lainnya adalah soal performa si pemain. Maignan sementara berada pada tren yang positif. Pastinya, Milan meliriknya sebagai penjaga gawang pengganti Donnarumma karena performa apiknya bersama Lille.Â
Memilih bertahan cukup beresiko untuk Maignan. Belum tentu, Lille mengulangi prestasi yang sama.Â
Terlebih lagi, Lille bersaing dengan PSG yang mempunyai banyak kapasitas untuk menundukan para pesaingnya di level domestik. Situasi itu bisa menyulitkan Maignan. Boleh jadi, Milan pun akan melirik pemain lain dan melupakan Maignan.Â
Untuk itu, pilihan pindah sewaktu Maignan dalam tren positif dan Lille sementara berada dalam kondisi terbaik merupakan jalan berani Maignan meninggalkan zona nyaman.Â