Merokok menjadi salah satu tantangan dan batu sandungan dalam relasi sosial. Pasalnya, tak semua orang merokok. Bahkan, ada yang tak suka sama sekali dengan asap rokok.
Konsep merokok bisa menyebabkan sakit menjadi salah satu latar belakang orang tak mau merokok. Belum lagi dari sisi ekonomi, yang mana orang tak mau "menghamburkan" uang hanya untuk membeli rokok.Â
Kendati demikian, tak sedikit orang yang tetap memilih untuk merokok. Walau dilarang dari sisi kesehatan, banyak yang tak peduli. Tak sedikit orang juga yang melanggar aturan.Â
Seorang teman pernah mempunyai pengalaman dihukum gegara merokok di salah satu tempat umum. Peristiwa ini terjadi di Manila, ibukota Filipina.Â
Teman itu berasal dari salah satu negara di Afrika. Kejadiannya sewaktu dia baru tiba beberapa hari di Manila, Filipina. Dia mempunyai kebiasaan merokok.Â
Suatu kesempatan, dia diajak pergi jalan-jalan ke salah satu mal. Karena terlalu lama berjalan di mal, teman itu memilih keluar terlebih dahulu untuk merokok di salah satu tempat bagian depan mal.Â
Namun, apa yang dilakukannya itu ternyata salah. Dilarang. Ada aturan tertulis dan diketahui umum. Sanksinya adalah membayar sejumlah uang. Teman itu, selain ditegur secara keras, juga harus membayar sejumlah uang.Â
Peristiwa itu mengajarkan mengenai aturan dan kebiasan merokok. Merokok memang pilihan bebas dan hak pribadi setiap orang. Namun, pilihan bebas dan kehendak pribadi itu dibatasi oleh keberadaan orang lain.
Artinya, tak setiap orang merokok. Bahkan, tak sedikit orang yang tak suka dengan aroma bau rokok dan merasa sakit ketika mencium aroma rokok.
Kenyataan ini harus diterima dan disadari. Salah satu cara untuk menyadari itu adalah untuk tak merokok di sembarang tempat. Dengan kata lain, kita perlu peka dengan situasi orang lain.Â