Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ketika Keluarga Jadi Sebab Petaka Kriminal Anak

25 Februari 2023   13:07 Diperbarui: 25 Februari 2023   13:13 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pula yang melakukan tindakan kriminal lantaran tuntutan hidup harian. Orangtua tak mampu menyediakan kebutuhan harian anak. Karena ini, anak memilih jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, seperti mencuri ternak milik orang lain atau mencuri di rumah orang.

Pelbagai kasus kriminal yang dilakukan oleh anak-anak ini pun sampai pada pada kesimpulan dasar tentang pentingan peran keluarga dalam pendidikan anak. 

Peran keluarga itu bukan saja memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga pembentukan mentalitas, emosional, dan psikologi anak. Kadang kala, materi tercukup dengan baik, namun secara emosional dan psikis malah berada pada level ketimpangan. 

Barangkali ini yang melatari kasus Mario yang lagi viral di tanah air. Secara materi, Mario mempunyai segalanya. Bahkan Mario yang merupakan anak pejabat ini mampu bergaya dengan kendaran mahal. 

Di balik kecukupan materi, aspek emosional dan psikis tak stabil alias timpang. Pasalnya, selain melakukan penganiayaan, dengan temannya mereka masih nekat untuk mengabadikannya lewat video. Tampak mereka menikmati apa yang mereka melakukan. 

Ketimpangan emosional dan psikis ini tak begitu diperkuat ketika berada di kelaurga. Barangkali keluarga merasa nyaman dan biasa-biasa saja lantaran kebutuhan anak terpenuhi, namun mentaltias tak kuat. 

Pendidikan anak mesti melibatkan pembinaan mental dan psikis. Mesti pembinaan yang komprehensif. 

Masih ingat pendidikan komprehensif sewaktu di seminari (pendidikan untuk para pastor). Pendidikan komprehensif itu tak hanya menyangkut soal kemampuan berpikir, tetapi juga soal emosional, mental, kehidupan religius, dan bahkan aspek kesehatan fisik. 

Hal-hal itu diintegrasikan dalam pelbagai aktivitas di asrama maupun di sekolah. Lebih jauh, aspek-aspek itu diejawantakan ke dalam kegiatan-kegiatan di sekolah. 

Misalnya, ada waktu untuk berolahraga bersama. Tiap siswa harus berolahraga di lapangan dan tak boleh tinggal di kamar tidur. 

Ada waktu untuk berdoa, dan setiap orang harus berdoa. Ada waktu untuk mengikuti seminar tentang kesehatan mental dan jiwa setiap minggu, dan lain sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun