Artificial Intellengence (AI)Â atau kecerdasan buatan menjadi topik pembicaraan saya dan beberapa teman beberapa hari lalu. Pembicaraan kami bermula dari pengamatana atas perbedaan pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki generasi ke generasi tentang dunia teknologi dan informasi.Â
Terlihat ada gap yang sangat jauh antara satu generasi dengan generasi. Saya pun memberikan sebuah contoh dari pengalaman pribadi.
Beberapa bulan lalu, saya membandingkan pengetahuan saya dalam membuat sebuah video pendek dengan seorang anak kelas 6 SD. Saya membutuhkan waktu berjam-jam menghasilkan sebuah video.Â
Namun, anak yang baru duduk kelas 6 SD itu hanya membutuhkan lebih kurang dari sejam untuk menghasilkan sebuah video.
Kualitasnya pun sangat berbeda. Video yang saya hasilkan tampak begitu "kuno" dan tak menyentuh tuntutan jaman. Sebaliknya, yang dihasilkan oleh seorang anak SD begitu menarik dan sangat cocok untuk menjadi hiburan.Â
Pengalaman ini pun melebar pada fenomena adanya kecerdasan buatan berkat perkembangan teknologi dan informasi saat ini. Walau belum memakai aplikasi ChatGPT, saya melihat beberapa hal yang bisa muncul.
Perkembangan di dunia teknologi kian pesat. Hal ini pun memacu siapa saja untuk beradaptasi.Â
Proses adaptasi itu melibatkan niat untuk belajar setiap hal yang ditawarkan dalam perkembangan yang terjadi. Tidak gesit dalam belajar atau pun tidak mau belajar sama sekali bisa ketinggalan.Â
Selain itu, gap antara generasi bisa kian kentara. Kembali pada pengalaman saya di atas, saya kelahiran di tahun 1980--an sudah memiliki gap yang cukup lebar dengan mereka yang baru lahir di tahun 2010-an.Â
Gap itu menyangkut pengetahuan mereka di bidang teknonlogi. Secara pribadi, saya merasa begitu tertinggal dari apa yang mereka ketahui dan lakukan dari generasi saat ini.Â