Hal itu tak akan terulang apabila sistem kerja di PSSI dibenahi secara besar-besaran.Â
Selain itu, performa timnas Indonesia ikut membaik dan memberikan prestasi di tangan kepengurusan yang baru. Kompetesi di dalam negeri makin kompetetif dan jauh dari penyelewengan dan kerusuhan.Â
Sistem kerja wasit makin profesional. Juga, pengaturan kompetesi di dalam negeri bisa memuaskan pecinta sepak bola dan bisa menghasilkan benih-benih pemain untuk kepentingan timnas.Â
Persoalan yang kerap kali terjadi di dunia sepak bola harus berhenti. Misalnya, minimnya prestasi timnas senior di Asia Tenggara sekiranya berakhir.Â
Namun, hal itu bukanlah tak gampang. Bukan rahasia lagi jika persoalan yang sama kerap kali terjadi lantaran wajah-wajah yang sama tetap duduk atau juga mereka yang terpilih, walaupun orang baru di PSSI tetap memainkan sistem kerja yang lama dan sama.Â
Tercatat ada 9 petahana dari 55 orang yang merebutkan kursi Exco. Tak masalah petahana masih mencalonkan diri. Yang terpenting mereka bukanlah pemain lama yang melanggenkan sistem kerja yang lama dan tak memberikan keuntungan untuk sepak bola.Â
Mereka harus searah dengan alur ketum yang benar-benar mau memberikan perubahan. Â
Makanya, sepak bola Indonesia tak hanya  membutuhkan sosok baru tetapi juga sosok yang memberikan angin segar dan perubahan yang radikal.Â
Perubahan radikal itu bisa berupa perubahan sistem kerja sepak bola di Indonesia, termasuk melawan setiap pihak yang hanya mencari keuntungan sepihak tetapi merusak prestasi sepak bola Indonesia. Perubahan radikal itu juga nampak saat menunjukkan keberanian untuk melengserkan pihak-pihak yang bermain di belakang layar demi kepentingan sesat.Â
Hal itu memang tak muda apabila lingkungan sudah sangat terkontaminasi dengan praktik dan sistem kerja tertentu. Untuk itu, PSSI sangat membutuhak sosok yang berani dan tegas.Â