Timnas Jerman dan Belgia masuk kategori tim-tim kuat pada Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Qatar.Â
Selain dari sisi level rangking FIFA, di mana Jerman di peringkat ke-11 dan Belgia di peringkat ke-2, juga dari komposisi skuad yang dimiliki oleh kedua negara.
Baik Jerman maupun Belgia dihuni oleh beberapa nama yang bermain di klub-klub besar di liga-liga Eropa. Para pemain itu terbilang berkontribusi untuk klub yang mereka bela.
Namun, malang sulit ditolak oleh kedua negara ini pada perhelatan Piala Dunia 2022. Tersingkir terlalu dini.Â
Keduanya harus angkat kaki lebih awal. Tak tembus ke babak 16 besar. Tentu saja, ini menjadi pukulan keras untuk kedua tim.
Akhir Tragis Generasi Emas BelgiaÂ
Timnas Belgia menjadi salah satu tim yang naik daun di Eropa dalam satu dekada terakhir. Hal itu terjadi berkat kehadiran beberapa pemain bertalente di skuad timnas Belgia.
Ada Eden Hazard, Kevin de Bruyne, Romelu Lukaku, Thibaut Curtois, Yannick Carrasco, dan beberapa nama lainnya yang berkiprah di klub-klub besar Eropa.Â
Dari deretan nama-nama ini, timnas Belgia pun berada pada tuntunan generasi emas.
Generasi emas mempunyai ekspetasi yang sangat besar. Juara bukan lagi hal yang mustahil untuk tercapai apabila menimbang komposisi skuad yang terbilang komplit.
Akan tetapi, menjadi juara tak segampang membalikkan telapak tangan. Prestasi terbaik timnas Belgia tatkala masuk semifinal Piala Dunia 2018 di Rusia.
Kendati tak meraih sukses di level turnamen internasional baik piala dunia maupun piala ereopa, timnas Belgia selalu konsisten meraih kemenangan setiap kali bertanding.Â
Pendek kata, Belgia tak boleh dipandang sebelah mata. Belgia yang berada di peringkat dua dunia menurut FIFA adalah salah satu saingan terkuat Eropa.Â
Nasib tragis terjadi pada Belgia di Piala Dunia 2022 seolah membahasakan akhir dari generasi emas. Beberapa pemain sudah berada di atas 30 tahun dan kemungkinan besar tak ikut bermain pada empat tahun kemudian.
Menjadi tantangan bagi Belgia tatkala tak ada regenerasi. Ketika tak terjadi regenerasi, generasi emas timnas Belgia pun seolah menjadi kenangan yang akan diingat dalam sepak bola Belgia.
Sebenarnya, trsingkirnya generasi emas Belgia ini juga dicorengi oleh rumor tak sedap dari ruang ganti. Relasi di ruang ganti tak begitu harmonis dan hal itu menyebar media.Â
De Bruyne bahkan menjadi bahan kritikan rekan setimnya. Pemain penting Manchester City ini kabarnya berselisih dengan Vertongen dan Eden Hazard.Â
Belum lagi relasi antara Kevin de Bruyne dan Thibaut Curtois tak berbicara satu sama lain lantaran masalah pribadi yang melibatkan kedua belah pihak.Â
Ya, ketika situasi ruang ganti sudah hambar, performa di atas lapangan pun ikut berdampak.Â
Belgia boleh saja mempunyai  sekumpulan pemain berbakat, namun kekuatan para pemain itu tak berdaya lantaran tak ada ikatan yang kuat dalam mengikat para pemain untuk bermain pada tujuan yang sama.
Akhir tragis perjalanan Belgia di piala dunia 2022 tak hanya disebabkan oleh turunnya performa para pemain, tetapi juga relasi di antara pemain sendiri.Â
Kesatuan tim runtuh. Akibatnya, para pemain tak mempunyai fondasi yang kuat untuk tampil konsisten.
Jerman yang Salah Kalkulasi
Perjalanan Belgia searah dengan Jerman. Angkat koper terlalu dini dari Qatar.Â
Secara mengejutkan, Jerman yang sebenarnya masuk kategori favorit juara tersingkir begitu awal dari Piala Dunia 2022.
Walau menang 4-2 kontra Kosta Rika, pasukan Hansi Flick ini kalah akumulasi gol dari yang dimiliki oleh timnas Spanyol.
Di lain pihak, Spanyol juga secara mengejutkan kalah dari Jepang (2-1). Akibatnya, Jepang yang menjadi pemuncak klasemen dan Spanyol berada di peringkat ke-2.Â
Sebenarnya, Jerman datang ke Qatar dengan membawa performa yang konsisten. Kehebatan Hansi Flick meramu skuad senior dan pemain muda menjadi harapan kuat bagi Jerman untuk meraih trofi ke-5 nya di piala dunia.
Namun, kekalahan di laga perdana kontra Jepang menjadi batu sandungan yang menejutkan Thomas Muller dan kawan-kawan.
Padahal, Jerman sudah unggul terlebih dahulu atas Jepang. Bahkan Jerman juga menguasai jalannya laga.Â
Akan tetapi, Jerman tersentak oleh kerja keras dan semangat para pemain Jepang. Bek Jerman, Antonio Rudiger yang sempat melakukan aksi kelakar dalam laga kontra Jepang seolah mendapat getah pahit.
Pesannya, tiap lawan tak boleh dipandang sebelah mata.Â
Ya, Jerman gagal memanfaatkan komposisi skuadnya yang sebagaian besar berasal dari Bayern Muenchen memenangkan laga kontra Jepang.Â
Dengan ini, laga perdana yang semestinya menjadi kunci dari perjalanan Jerman tak dimanfaatkan dengan baik.Â
Karenanya, saat menghadapi tim kuat seperti Spanyol, Jerman ditahan imbang. Terlambat panas. Ditahan imbang dan membuat perjalanan Jerman ditentukan di laga terakhir.Â
Masalah menjadi serius untuk Jerman tatkala Jepang mengalahkan Spanyol. Jerman harus gigit jari.
Laga perdana di penyisihan grup E menjadi sebab dari tersingkirnya Jerman. Jerman seolah salah kalkulasi, di mana tak menyangka bahwa laga perdana kontra Jepang sangat menentukan perjalanannya di Piala Dunia 2022.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H