Namun, Madrid bermain efektif. Memanfaatkan kecepatan Vinicius Jr di sisi kiri dan naluri gol Karim Benzema dan efektivitas F. Valverde, Madrid sudah unggul 2-0 di babak pertama. Â
Madrid berhasil memanfaatkan cela lengah di antara kelalaian dan ketidakcekatan lini belakang Barca. Barca yang cenderung menyerang dan melakukan tembakan demi tembakan ke gawang Madrid tak bisa mengantisipasi pergerakan pemain Madrid yang lebih bermain solid dan rapi dalam melakukan serangan balik.Â
Sama halnya dengan Liverpool. Menariknya, gol tunggal Liverpool yang dicetak oleh Moh Salah merupakan buah assist dari kiper Alisson. Melihat posisi terbuka Salah di antara bek Man City yang cenderung bergerak ke depan, Alisson langsung memberikan umpan terukur ke Moh Salah yang hanya dikawal oleh satu bek Man City.Â
Kecerdikan Salah menerima umpan Alisson membuat bek Man City terkecoh dan tinggal menempatkan Salah satu lawan satu dengan kiper Man City Ederson. Tanpa membuang peluang, Salah menceploskan bola ke gawang Man City.Â
Liverpool kembali bermain efektif kontra Man City. Man City mendominasi laga. Liverpool hanya menguasai 36 persen, dan mencatatkan 13 tembakan ke gawang. Sebaliknya, Man City menguasai laga 64 persen dengan 6 tembakan tepat sasar ke gawang Liverpool.
Madrid dan Liverpool berhasil menang kontra tim besar karena bermain efektif. Efektivitas itu nampak ketika mampu melihat celah dan kelengahan lini belakang lawan dan pandai dalam melakukan serangan balik.Â
Â
Kedua, Madrid dan Liverpool tak Terprovokasi dengan Dominasi lawan
Setelah laga kontra Madrid, Manajer Barca Xavi Hernandez mengakui kedewasaan para pemain Madrid. Kedewasaan itu ditandai oleh ketenangan para pemain Madrid meladeni permainan dan dominasi anak-anak asuhnya.Â
Madrid bermain terorganisir. Lini belakan mampu mematikan pergerakan striker Roberto Lewandowski. Alhasil, para pemain Barca cenderung melakukan tendangan spekulasi ke gawang Madrid.
Ketenangan Madrid membuat Barca tampak tak terorganisir. Ketika lini depan berupaya mencari gol dan membalas ketertinggalan, lini belakang tak cepat mengantisipasi pergerakan para pemain Madrid saat melakukan serangan balik.Â