Akademi sepak bola La Masia menjadi lumbung tim senior Barcelona dan juga menjadi incaran pencari bakat klub-klub Eropa.Â
Barangkali puncak kejayaan La Masia ketika trio Lionel Messi, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta masuk tiga besar pemain terbaik versi Ballon d'Or tahun 2010.
Keberhasilan ketiganya mengangkat derajat La Masia sebagai sebuah akademi sepak bola. Ditambah lagi, beberapa pemain yang diorbitkan dari La Masia ke tim inti senior atau pun bermain di klub lain seperti Sergio Busquests, Gerard Pique, Charles Puyol, Cesh Fabregas, Thiago Alcantara dan beberapa pemain didikan lainnya tampil gemilang.
Pola permainan Tika-taka yang dibangun di Barca pun menjadi buah bibir sekaligus referensi banyak pihak. Banyak tim yang menghadapi Barca lebih memilih bermain bertahan daripada bermain terbuka.
Akan tetapi, masa kejayaan Barca itu perlahan menurun seturut dengan persaingan tim-tim Eropa, penemuan solusi tim-tim Eropa dalam menghadapi Barca, dan tuntutan pola permainan setiap tim.Â
Akademi La Masia tetap menyuplai pemain untuk Barca, namun kualitasnya tak sebanding di era awal karir Lionel Messi dan Andres Iniesta berkarir di Barca.
Yang cenderung terjadi saat ini adalah membuat perbandingan. Setiap kali ada pemain didikan akademi yang dipromosi, ramai-ramai pendukung Barca mulai membuat perbandingan dengan pemain generasi sebelumnya.Â
Bahkan Barca juga cenderung mencari pemain yang identik dengan gaya Andre Iniesta dan Xavi Hernandez. Situasi bukannya memberikan keuntungan untuk tim, tetapi menciptakan kelemahan dalam membangun tim.Â
Alhasil performa Barca tak stabil sampai saat ini. Pelaih muda yang merupakan didikan akademi La Masia, Xavi Hernandez juga kesulitan untuk memberikan jalan keluar. Para pemain didikan akademi perlu berjuang dengan eksodus para pemain dari luar akademi. Â