Keberhasilan Golden State Warriors (4-2) (GWS) sebagai juara NBA musim 2021/22 seolah membalikkan prediksi banyak pihak.Â
Pasalnya, dua tahun terakhir GWS terlihat tampil timpang di NBA. Sebenarnya, GWS tampil konsisten di sepuluh tahun terakhir.
Keberhasilan musim ini menjadi catatan ke-4 untuk GWS sebagai juara NBS dalam jangka waktu 8 tahun terakhir.Â
Belum lagi, personil GWS dihuni beberapa pemain senior seperti Stephen Curry, Klay Thompson, dan Draymond Green yang dipandang berada di ambang akhir masa kejayaan.Â
Keuntungan trio ini adalah mereka sudah lama bermain bersama. Ketiganya sudah saling mengenal satu sama lain, dan menjadi punggawa penting dalam era keberhasilan GWS di NBA.
Selain itu, pelatih GWS Kerr berhasil memanfaatkan kualitas para pemain senior ini dan dipadukan dengan beberapa pemain muda seperti Andrew Wiggins dan Jordan Poole. Alhasil, warna GWS tampil cemerlang.Â
GWS tak terlalu diperhitungkan ketika melawan kontra Boston Celtics di partai final. Tak sedikit yang memprediksi jika Boston akan menang muda dengan GWS.
Hal ini tak lepas dari komposisi pemain yang dimiliki oleh pelatih Boston, Ime Udoka. Umumnya, Boston dihuni oleh para pemain muda berbakat dan berfisik kuat seperti Jayson Tatum dan Jaylen Brown.Â
Namun, kualitas Boston ini seolah kalah dengan faktor pengalaman yang dimiliki oleh GWS. Â
Untuk itu juga, prediksi banyak pihak tentang peluang Boston sebagai juara NBA berjalan terbalik. GWS malah tampil cemerlang.Â
Beruntung, GWS memiliki sosok pemain seperti Curry yang tak hanya pandai melakukan tembakan tripoin, tetapi juga pergerakannya kerap menjadi hantu menakutkan pola permainan Boston.
Tak ayal, Curry pantas disematkan sebagai MVP partai final NBA berkat performa apiknya selama turnamen ini.Â
Di laga ke-6 partai final, Curry menjadi faktor pembeda, tak hanya untuk GWS tetapi untuk proses berjalannya pertandingan.Â
Sangat berbeda ketika Curry diistirahatkan. Pola permainan GWS gampang terbaca lawan. Namun, ketika GWS bermain, permainan GWS berubah total.Â
Status GWS yang sempat dipandang  sebelah mata bisa dilawan oleh GWS dengan bermain apik tanpa terlalu peduli dengan kekuatan yang dimiliki oleh lawan.
Apa yang ditunjukan oleh GWS kerap terjadi dalam dunia olahraga. Jangan sekali-kali menganggap enteng lawan.Â
Selain itu, status tak difavoritkan bisa menjadi motor yang meningkatkan permainan tim. Ini bisa menjadi daya kejut untuk tim yang merasa superior.
Merasa diri superior yang cenderung mengganggap enteng lawan kerap kali membuat tim tak waspada.Â
Situasi GWS bisa menjadi pelajaran berharga untuk timnas Indonesia yang hendak berlaga di Piala Asia 2023 mendatang.
Menimbang lawan-lawan yang bertanding pada Piala Asia 2023, timnas Indonesia tak terlalu diperhitungkan untuk berjalan jauh.Â
Kendati demikian, semangat timnas Indonesia tak boleh luntur sebelum bertanding di turnamen sepak bola paling bergensi di Asia. Malahan, itu bisa menjadi motor yang bisa menggerakkan timnas untuk bermain sebaik mungkin.
Umumnya, suporter Indonesia sudah puas ketika timnas bermain baik dan menarik di Piala Asia. Prestasi tertentu bisa bisa menjadi hadiah tambahan dari kepuasan menyaksikan permainan timnas Indonesia.Â
Bertolak dari pengalaman GWS, timnas tak boleh peduli pada prediksi yang ada di atas kertas. Segala sesuatu bisa terjadi di lapangan hijau.Â
Pelatih timnas Shin Tae-yong membuktikan itu dalam kualifikasi Grup A Piala Asia 2023. Menimbang lawan-lawan timnas Indonesia di Grup A seperti Kuwait dan Yordania, banyak yang menilai peluang  timnas untuk lolos ke Piala Asia begitu tipis.Â
Tae-yong dengan tegas menyatakan bahwa prediksi itu hanya di atas kertas. Laga di lapangan hijau tetap menjadi faktor penentu untuk timnas.Â
Hal itu terbukti. Timnas mengalahkan Kuwait (2-1), kalah tipis atas Yordania (0-1), dan menang meyakinkan kontra Nepal (7-0).
Dengan demikian, setiap laga di Piala Asia tak akan ditentukan oleh prediksi di atas kertas. Hal itu sudah dibuktikan oleh GWS ketika bertemu kontra Bolton Celtics di final NBA musim ini dan bisa kembali terjadi dengan timnas Indonesia. Â
Agar hal itu terjadi, timnas fokus untuk bermain baik dan menjadikan pandangan positif dan negatif dari luar lapangan sbeagai motivasi untuk mempersiapakn diri dengan baik.Â
Salam BolaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H