Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Ironi Undur Diri dari PNS dan Disindir Karena Tak Jadi PNS

4 Juni 2022   17:37 Diperbarui: 12 Juni 2022   18:45 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Penerimaan CPNS dan CPNS 2022. (Foto: Kompas.com/Diskominfo Jember)

Barangkali realitas pengunduran diri beberapa Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang dinyatakan lulus tak hanya merumitkan pemerintah, tetapi juga menyakitkan hati orang-orang yang tak lulus ujian CPNS.

Pasalnya, tak sedikit orang yang mati-matian berjuang hanya mau lulus PNS. Akan tetapi, di balik upaya kuat itu, persaingan di antara pelamar juga begitu tinggi. 

Dalam satu pos kerja yang hanya membutuhkan 1 atau pun 2 PNS, pelamarnya bisa lebih dari 10 orang. 

Persaingan kian ketat ketika para pelamar berasal dari lintas generasi dan tahun kelulusan. Tak sedikit calon yang sudah mengikuti ujian penjaringan PNS lebih dari 5 kali. Ada pula yang sudah 2 kali. Dan, ada yang baru menjalani  pengalaman pertama. 

Faktor pengalaman juga bisa mempengaruhi tingkat pengetahuan setiap calon.

Maka dari itu, ujian menjadi PNS menjadi momentum untuk mencari sosok yang tepat untuk mengisi posisi tertentu dalam lingkup pemerintahan. 

Bisa dikatakan, yang dinyatakan lulus CPNS adalah mereka yang dinilai layak berdasarkan hasil akumulasi nilai yang ditetapkan berdasar standar kelulusan. 

Sementara itu, yang belum lulus harus menanti kesempatan ujian berikutnya. 

Untuk itu, sangat disesalkan ketika yang sudah dinyatakan lulus malah mengundurkan diri. Secara tak langsung mereka "menyakitkan" hati dari orang-orang yang berusaha mati-matian untuk lulus tetapi tak lulus.  

Menjadi ironis, yang lulus CPNS menyatakan undur diri, sementara yang belum lulus malah dipandang "sindir" dalam konteks sosial tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun