Konsistensi Liverpool ini berhasil menempel ketat Man City di puncak klasemen. Awalnya jarak kedua tim lebih dari margin 10 poin. Man City tampil tak konsisten, sementara Liverpool terus menjaga jalur untuk meraih setiap poin.Â
Alhasil, jarak kedua tim terpangkas menjadi 1 poin. Jarak 1 poin ini memaksa Man City harus berjuang mati-matian hingga laga terakhir pada musim ini.Â
Situasi ini tentu saja menguntungkan persaingan di Liga Inggris. Citra kompetesi makin terangkat ke permukaan. Statusnya sebagai liga terbaik di dunia pun seolah teramini dengan persaingan yang terjadi pada musim ini.Â
Alasan kedua bagi Guardiola adalah raihan ini menjadi yang ke-4 dari 5 musim keberadaan Pep sebagai pelatih Man City. Tak gampang untuk meraih trofi Liga Inggris di saat beberapa tim terus berbenah dengan menguatkan skuad dengan mendatangkan pemain berkualitas.Â
Liverpool berhasil bangkit sebagai kekuatan Liga Inggris berkat sentuhan Jurgen Klopp. Manchester United terus berbenah dengan membeli para pemain berkualitas. Sayangnya, sejauh ini MU masih belum menemukan sosok pelatih yang tepat dalam meramu para pemain.Â
Lalu, Arsenal, Chelsea, dan bahkan Tottenham Hotspur tak mau ketinggalan kereta. Tiga tim ini termasuk tim-tim yang rajin dalam mencari pemain baru di setiap bursa transfer.Â
Di tengah perkembangan sepak bola Liga Inggris, Pep berhasil menjaga Man City pada performa terbaik. Walaupun raihan Man City belum berefek di level Liga Champions, paling tidak Pep sudah membangun Man City sebagai tim yang selalu diperhitungkan di Liga Inggris.Â
Pep berhasil menunjukkan karakter sebagai pelatih asing yang bisa bersaing di Liga Inggris. Secara umum, kekuatan Man City tak hanya bersandar pada kekuatan finansial yang ditopangi oleh pengusaha asal Timur Tengah.Â
Kekuatan Man City juga bersumber dari keberhasilan Guardiola meracik para pemainnya. Dalam mana, Man City mempunyai identitas dan karakter bermain yang terbilang jelas di Liga Inggris.Â
Pep yang lekat dengan gaya Tika-taka juga membangun gaya yang persis sama di Man City. Pola permainan dari kaki ke kaki dipoles dengan kualitas setiap pemain.Â
Alasan ketiga, Pep sedikitnya menutup mulut para peragu atas kemampuannya. Memang, kegagalan di semifinal Liga Champions sangat melukai hati suporter Man City.Â