Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sikap Orangtua Saat Anak Telusuri Konten Dewasa

21 Mei 2022   20:34 Diperbarui: 24 Mei 2022   23:28 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendidikan untuk anak. Foto:SHUTTERSTOCK/Photographee.eu via Kompas.com

Hemat saya, dua hal yang perlu dibangun orangtua agar anak tak semakin terjebak pada perilaku yang salah, terutama perihal kehidupan seksnya.


Pertama, Orangtua perlu berani memberikan edukasi seks.

Sangat sulit dihindari jika anak-anak saat ini bisa gampang melihat konten dewasa di tengah perkembangan media sosial. Banyak postingan yang bisa dijumpai di media sosial yang bisa memantik rasa ingin tahu anak, termasuk soal seks.

Pada titik ini, orangtua patut menjadi agen yang bisa mengarahkan anak dalam menghadapi gempuran perkembangan jaman.

Maka dari itu, orangtua perlu mengenal tahap-tahap perkembangan anak. Anak bertumbuh dan melewati fase tertentu.

Di tengah situasi seperti itu, orangtua perlu mengantisipasi perubahan tingkah laku anak. Apabila perubahan tingkah lakunya berjalan dalam kewajaran, orangtua tak boleh menjadi sosok pengontrol apalagi sebagai sosok yang mengkungkung. Orangtua bisa menjadi aktor pendukung apabila perubahan tingkah lakunya mengarah pada hal-hal yang positif.

Namun, saat tingkah laku anak sudah berseberangan, orangtua perlu mengambil sikap. 

Misalnya kasus yang menimpa ibu diana yang mengetahui anaknya menonton konten dewasa.

Pada titik ini, orangtua berani memberikan pelajaran kepada anak tentang apa yang mesti dilakukan, termasuk apa yang perlu dihindari.
Tak gampang untuk menjelaskan tentang dunia seks pada anak. Orangtua bisa berlandaskan pada ajaran agama dan aturan moral.

Misalnya, ajaran dalam agama Kristen Katolik yang menggarisbawahi seks sebagai hal yang sakral dan hanya diperbolehkan untuk pasangan suami-istri. Saya kira ajaran ini juga berlaku untuk agama-agama lain.

Landasan ajaran agama seperti ini bisa menjadi salah satu bahan dalam mengarahkan pikiran anak.

Pendeknya, orangtua perlu juga belajar perkembangan anak dan edukasi tentang seks. Tak boleh melihat hal itu semata-mata sebagai hal yang normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun