Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pelajarannya Ketika Camp Nou Jadi "Neraka" bagi Barcelona

15 April 2022   09:22 Diperbarui: 16 April 2022   08:45 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harapan Barcelona meraih gelar trofi pada musim 2021/22 ini makin tipis. Ini terjadi setelah secara mengejutkan Barca dikalahkan oleh Eintracht Frankfurt 3-2 (agregat 4-3) di Camp Nou dini hari tadi WIB.

Boleh saja di atas kertas Barca unggul atas tim asal Jerman ini. Namun, Frankfurt lebih unggul dalam urusan taktik dan mentalitas.

Frankfurt tolak tunduk pada kekuatan Barca yang sementara tampil konsisten. Juga, Frankfurt juga berani untuk meladeni dominasi Barca dengan permainan terbuka.

Frankfurt tak segan-segan menekan Barca. Jadinya, Barca harus gigit jari ketika tim tamu malah unggul 3-0 hingga di menit ke-90.

2 gol Barca datang terlambat. Menit-menit injury time. Karena ini, sulit bagi Barca untuk memperbaiki keadaan.

Di rumahnya sendiri Barca tumbang dari tim penghuni peringkat ke-9 di Bundesliga Jerman. Kekalahan ini pun menambah daftar kekalahan Barca pada tim-tim Bundesliga Jerman.

Ini seolah menegaskan pernyataan pemain Bayern Munchen, Thomas Muller. Muller pernah menyatakan bahwa Barca memiliki banyak pemain berteknik tinggi.

Namun, gaya permainan Barca sangat lemah ketika menghadapi tim-tim yang memainkan sepak bola dengan intensitas tinggi. Terbukti, Frankfurt melakukannya di Camp Nou.  

Sebenarnya, ini sudah terbaca ketika Barca bertandang ke markas Frankfurt di leg pertama,  di mana Barca kesulitan mengembangkan permainan. Malahan, Frankfurt unggul dalam hal intensitas bermain ketika menjamu Barca. Kekurangan Frankfurt adalah penyelesain akhir.  

Di leg kedua, alih-alih Barca ingin memperbaiki situasi di Camp Nou, Barca harus menerima kenyataan tersingkir dari Piala Eropa. Peluang meraih trofi pun melayang. Padahal, Barca memegang status favorit setelah performa tim makin membaik di tangan Xavi.  

Sangat sulit untuk mencari kambing hitam dari kegagalan Barca di Piala Eropa. Barangkali kekalahan ini membangunkan kesadaran Barca bahwa proyek Barca di tangan Xavi belum sampai pada titik puncak. Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi.

Persoalan lama masih ada di dalam tim. Pelanggaran Eric Garcia dan absennya Gerard Pique menunjukkan kelemahan lini belakang. Rotasi  yang tak memainkan Frenkie de Jong sejak menit awal membahasakan ketidakseimbangan permainan tim.

Di leg pertama, Xavi mengritisi kondisi lapangan Frankfurt yang kurang nyaman bagi para pemain Barca untuk mengembangkan permainan. Bahkan Xavi menjanjikan situasi stadion Camp Nou untuk menjadi tempat bagi Barca bisa bermain baik dan menyeramkan untuk Frankfurt. 

Faktanya, Barca tak tampil baik di rumahnya sendiri. Frankfurt yang malah tampil lebih efektif. 

Kondisi lapangan tentu saja sesuai standar yang diinginkan permainan Barca. Makanya, bukan lagi kondisi lapangan yang bisa menjadi alasan. 

Kali ini, jumlah penonton yang merupakan suporter Frankfurt dikritisi Xavi. Terlihat aneh karena sebagai tuan rumah Barca mestinya mengontrol kuota penonton. 

Xavi menilai jumlah suporter Frankfurt melebihi apa yang diharapkan. Bahkan presiden klub, Joan Laporta mengomentari hal yang sama.

Terlepas dari jumlah suporter Frankfurt yang melebihi kapasitas, yang pasti Camp Nou telah menjadi neraka bagi Barca. Frankfurt tampil penuh intensitas di hadapan dominasi Barca dalam menguasai bola.

Ketika peluit berakhir, suporter Frankfurt merayakan kemenangan timnya di Camp Nou. Sementara pemain Barca keluar perlahan meninggalkan rumahnya yang terasa tak nyaman. 

Sebenarnya, suporter juga tak terlalu berperan penting kalau pola permainan tim tak berkembang menghadapi tim yang bermain penuh dedikasi dan intens seperti Frankfurt. Kekalahan yang terjadi menunjukkan sisi lemah dari sistem yang sementara dibangun oleh Xavi.

Ternyata konsistensi di beberapa laga terakhir tidak menjadi referensi yang menegaskan kesiapan Barca untuk menjadi peraih trofi. Maka dari itu, Xavi perlu melihat kekalahan ini sebagai bahan evaluasi untuk meninjau performa tim secara keseluruhan.

Absennya Pique sebagai salah satu figur sentral dari permainan Barca di bawah Xavi bisa menjadi salah satu faktor kelemahan Barca. Hal ini bisa terlihat dari hadiah penalti di menit-menit awal laga. 

Ini menjadi penalti ke-4 untuk Barca dari dua laga terakhir. Tandanya, lini belakang kurang hati-hati dalam meladeni tim lawan.

Dengan ini, Barca harus menyiapkan sosok yang bisa menjadi pemimpin di lini belakang. Ketika Pique absen, ada sosok yang bisa menggantikan perannya.

Untuk saat ini Araujo dan Eric Garcia terlihat belum siap. Seturut perjalanan waktu, keduanya bisa menjadi pemimpin masa depan di lini belakang Barca.

Maka dari itu, kekalahan di Camp Nou mesti menjadi bahan pelajaran. Memang, Camp Nou seolah menjadi neraka bagi Barca, namun situasi itu bisa menjadi pelajaran berharga untuk Barca yang sementara bertumbuh.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun