Keroposnya lini belakang Chelsea menambah beban bagi Thomas Tuchel. Pasalnya, lini depan Chelsea belum meyakinkan pada musim ini.
Kedatangan R. Lukaku tak serta merta meningkatkan produktivitas tim dalam mencetak gol. Malahan, Lukaku terlihat kembali di masa-masa di mana dia tampil mentok sewaktu berseragam Chelsea. Karenanya, Tuchel lebih memilih Kai Havertz sebagai striker daripada Lukaku.
Jadinya, Tuchel seolah menghadapi persoalan dobel. Lini depan tak terlalu menggigit dan lini belakang mulai keropos.
Dua masalah ini bisa menjadi batu sandungan bagi Chelsea untuk menjaga asa di tiga besar Liga Inggris dan melaju ke babak semifinal Liga Champions.
Peluang Chelsea melaju ke babak semifinal memang terlihat sulit. Berbekal tradisi kuat di Liga Champions dan keunggulan gol dari kandang Chelsea, Madrid sudah mempunyai keuntungan besar melaju ke babak semifinal.
Hanya perbaikan performa yang bisa mengubah kisah Chelsea di leg ke-2. Perbaikan itu bukan saja dari sisi lini belakang, tetapi juga lini depan Chelsea harus segera menemukan performa terbaik dalam mencetak gol.
Paling tidak, Chelsea mencetak 3 gol tanpa balas di leg ke-2 di Santiago Bernebeu.
Ketika Chelsea harus tunduk sangat menyakitkan di kandang sendiri, secara mengejutkan Villareal menyengat Bayern Munchen.
Kendati hanya menang 1-0, Villareal bisa memberikan efek menyakitkan untuk Munchen yang kerap tampil dominan di Liga Champions pada musim ini.
Menimbang performa Munchen musim ini, tempat Vilallareal melaju ke babak semifinal belumlah aman. Villareal harus waspada pada agresivitas Munchen di kandang, stadion Allianz Arena.
Terbukti, di babak 16 besar ketika Munchen ditahan 1-1 di kandang RB Salzburg di leg pertama. Di leg ke-2, Munchen seolah tampil tanpa ampun, di mana Robert Lewandowski dan kawan-kawan memborbardir gawang RB Salzburg dengan 7 gol.