Â
Manchester United (MU) harus menerima kekalahan 0-1 (agregat 1-2) dari Atletico Madrid di leg ke-2 babak 16 besar Liga Champions (16/3/22). Sedihnya, kekalahan ini disaksikan oleh suporter tuan rumah di Old Trafford.
Kekalahan ini pun menyingkirkan MU dari Liga Champions. Peluang untuk meraih trofi pada musim ini pun makin sempit. Puasa gelar MU di semua kompetesi pun kian panjang.
Selain itu, kondisi MU di klasemen sementara Liga Inggris belum relatif aman. Masih bercokol di tempat ke-5, dan para pesaing untuk masuk ke-4 besar terdiri dari beberapa klub yang juga serius mengincar tempat 4 besar di Liga Champions.
Jika MU tak mempertahankan performa terbaik di Liga Inggris, peluang untuk bermain di Liga Champions bisa melayang.
MU sementara mencari bentuk permainan terbaik. Pergantian Ole Gunnar Solksjaer dengan pelatih interim, Ralf Rangnick tak serta merta memperbaiki situasi di MU.
Situasi terlihat masih persis sama. MU tetap tak tampil konsisten. Bentuk permainan, gegenpressing yang identik dengan filosofi Rangnick, belum terlalu nampak di MU. Barangkali salah satu letak persoalannya kondisi komposisi skuad yang dimiliki oleh Rangnick.
Bagaimana pun, gaya permainan bisa berjalan apabila pelatih memiliki pemain yang cocok dan sesuai dengan pilihan pelatih. Hal itu bisa dibuktikan ketika Juergen Klopp membangun Liverpool.
Sebelum Liverpool berjaya seperti saat ini, Klopp melakukan pencarian para pemain yang cocok dengan gayanya di Liverpool. Dan, hal ini masih berlangsung sampai saat ini.
Berbeda dengan Rangnick yang menerima kondisi skuad sebagaimana yang ditinggalkan Solksjaer. Dengan ini, Rangnick memiliki komposisi skuad yang terbatas untuk gaya yang mau diterapkan.