Padahal, sebelum skandal calciopoli, Italia termasuk liga yang kerap bersaing kuat dalam kancah kompetesi Liga Champions. Liga Inggris yang konon dinilai seru dan kompetetif kerap kali kalah bertarung dengan wakil-wakil Italia.
Situasi terbalik saat sekarang. Tim-tim Liga Inggris cenderung digdaya di Liga Champions. Liverpool, Man City, dan Chelsa adalah tim-tim yang diprediksi bisa kembali mencapai titik tertinggi di kompetsi Liga Champions pada musim ini.
Sementara itu, tim-tim Liga Italia umumnya masih berupaya untuk menujukkan kualitasnya di balik persaingan tim-tim lain di Eropa. Tantangan makin kuat untuk tim-tim Italia adalah perkembangan kepemilikan tim-tim sepak bola.
Selama lebih dari satu dekada terakhir, ada tren kepemilikan klub-klub sepak bola atas nama pengusaha-pengusaha kaya. Sebagian besar para pengusaha asal Timur Tengah. Perubahan kepemilikan ini dibarengi dengan investasi uang yang tak sedikit.
Dengan kekuatan finansial seperti ini, tim-tim itu terbangun. Mereka tak sulit mendapatkan pemain yang ditargetkan. Bahkan mereka juga tak sulit menampung para pemain yang mempunyai tuntutan gaji tinggi.
Contoh paling nyata adalah kasus Gianluigi Donnarumma, mantan kiper AC Milan. Donnarumma harus meninggalkan AC Milan karena tak ada kata sepakat dengan klub. Kabarnya, klub tak mengiakan tuntutan gaji Donnarumma.
PSG dengan tangan terbuka menerima Donnarumma. Tentu saja, penerimaan itu dibarengi dengan kesediaan klub untuk memenuhi tuntutan gajinya.
Tak heran, klub-klub Liga Italia harus berupaya kuat untuk membangun kualitas timnya dengan tuntutan dan persaingan saat ini. Tak sedikit, klub yang sudah dimiliki oleh para pengusaha kaya.
Sejauh ini, arahnya Liga Italia kembali bangkit mulai. Selain dari peta persaingan di klasemen sementara Liga Italia, di mana bukan dominasi satu klub semata, juga keberanian tim-tim Italia yang mulai mendatangkan para pemain muda.
Walaupun tak mengucurkan harga fantastis, namun para pemain muda ini bisa menjadi tulang punggung dalam membangun kualitas sepak bola Italia.
Misalnya, keputusan D. Vlahovic yang berasal dari Serbia mau bergabung ke Juventus di bulan Januari ini daripada mengiakan tawaran dari Arsenal. Sama halnya, ketika Tammy Abraham (Inggris) mau bergabung ke AS Roma daripada tetap bertahan di Chelsea atau pun dipinjamkan ke klub-klub Liga Inggris.