Konsistensi dua tim besar, Chelsea dan Liverpool di Liga Inggris pada musim ini runtuh oleh tim yang sama. West Ham United.Â
Semalam, Chelsea yang menang meyakinkan di lima pertandingan terakhir harus tunduk di tangan West Ham (2-3). Kendati Chelsea menguasai laga, West Ham yang lebih banyak bertahan dan melakukan serangan balik berhasil memanfaatkan kelengahan lini belakang Chelsea.
Tembok kuat Chelsea runtuh. Untuk pertama kalinya, gawang Chelsea kemasukan tiga gol pada musim ini.Â
Lalu, sebelumnya Liverpool yang sempat berstatuskan tim tak terkalahkan di Liga Inggris juga kalah di tangan West Ham. Skor yang sama dengan apa yang dialami Chelsea. Kekalahan 3-2 kontra West Ham pun mengakhiri tren positif Liverpool di Liga Inggris.Â
West Ham menjadi kuda hitam yang menggangu kemapanan di 4 besar Liga Inggris. Sejak dilatih dan dipoles oleh David Moyes, West Ham yang tak bermaterikan pemain berharga mahal bisa berbicara banyak di Liga Inggris.Â
Musim lalu, West Ham hampir saja tembus 4 besar. Sayangnya, ketidakkonsisten di laga-laga akhir menyebahkan West Ham keluar dari lingkaran 4 besar.Â
Harus puas duduk di tempat ke-6 klasemen akhir Liga Inggris musim 2020/21. Penghiburan lanjut bagi West Ham adalah bisa bermain di Piala Eropa. Bahkan West Ham menjadi salah salah satu tim yang sudah lolos ke babak 16 besar Piala Eropa.
Performa tim seperti West Ham sangat dibutuhkan dalam kompetesi Liga Inggris. Dengan ini, kompetesi bukanlah dominasi dua atau tiga klub semata.
Juga, kompetesi bukanlah dominasi klub yang berkekuatan uang semata. Di sepuluh tahun terakhir, eksodus beberapa pengusaha kaya ke beberapa klub Liga Inggris ikut mempengaruhi situasi kompetesi.Â
Yang paling terakhir adalah Newcastle United. Tim yang sementara berada di zona degradasi ini sudah dibeli oleh pengusaha asal Timur Tengah. Cepat atau lambat, wajah Newcastle pun akan berubah sebagaimana yang terjadi pada Man City. Â