Namun, kalau promosi diri berseberangan dengan program dan langkah pemerintah serta merugikan kepentingan bersama, hal itu bisa menjadi bumerang bagi menteri yang berasal dari kalangan politikus.
Selain bisa didepak, juga popularitasnya bisa tergerus dan namanya bisa tercoreng. Pada titik ini, promosi dirinya gagal. Â
Kecuali kalau politikus itu mengambil jalan berbeda karena tak sepakat dengan pemerintah. Jalannya itu juga mendapat dukungan publik pada umumnya. Di tengah situasi ini, promosi dirinya mungkin tak mendapat simpati dari kalangan pemerintah, tetapi mendapat dukungan dari publik.
Karena itu, sejauh promosi diri berjalan dalam koridor yang tepat, makanya hal itu bisa tak bermasalah. Koridor yang tepat itu, misalnya, tak menimbulkan kerugian publik dan hanya mendapatkan kepentingan pribadi.
Atau dengan kata lain, promosi diri yang hanya mencari popularitas pribadi, tetapi mengabaikan tugas utama sebagai pejabat publik.
Umumnya, promosi diri bisa menjadi cara untuk menggenjot popularitas seorang menteri sekaligus bisa memberi keuntungan bagi program pemerintah.
Maksudnya, seorang menteri yang bekerja sungguh-sungguh menjalankan program dan tugas negara bisa saja mendapat tempat di hati publik. Pendeknya, promosi diri lewat cara kerja daripada keseringan tampil di depan publik tanpa aksi nyata.
Promosi diri seorang menteri itu seperti dua mata koin. Pada satu sisi, seorang menteri bisa mempromosikan dirinya lewat program kerjanya di pemerintahan.
Keberhasilannya menjalankan program-program kerja itu bisa memberikan dampak positif bagi dirinya di mata masyarakat. Masyarakat mengenal seorang menteri lewat gebrakan-gebrakan baru yang memberikan keuntungan, dan bukan sebaliknya. Â
Pada sisi lain, promosi diri ini bisa memberikan dampak positif pada program pemerintah. Program kerja terlaksana berkat kerja keras dari si menteri yang mau mendapat popularitas.
Mau tidak mau, seorang menteri yang mau dikenal oleh publik atau mau mendapat pengakuan publik, dia harus menjalani sungguh-sungguh program pemerintah.