Inggris berhasil tembus final Euro 2020 setelah mengalahkan Denmark (2-1). Kendati laga ini sedikit berbau kontroversi, permainan Inggris tetap perlu diapresiasi.
Inggris bukan lagi tim yang gagap mental saat berhadapan dengan laga-laga krusial. Mulai dari menyingkirkan Jerman hingga membenamkan Denmark yang sementara on fire, Inggris pun seolah memberikan awasan serius bagi Italia di parta final.
Sebenarnya, raihan ini tak terlalu mengejutkan apabila ditilik dari cara Gareth Southgate membangun timnas Inggris. Sudah ada tanda-tandanya semenjak kiprah timnas Inggris pada Piala Dunia 2018.
Saya melihat jika Southgate berhasil keluar dari metode konvensional. Hal yang paling pertama dari metode Southgate adalah dalam hal seleksi pemain.
Southgate tidak terlalu peduli nama besar pemain serta klub yang dibela. Pemain yang pantas masuk skuad adalah mereka yang mempunyai kualitas secara individu dan bisa bermain seturut strategi yang diterapkan oleh pelatih.
Contoh paling nyata ketika Southgate menggantikan Jack Grealish pada semifinal kontra Denmark (8/7/21). Padahal, Grealish sendiri masuk sebagai pemain yang menggantikan Bukayo Saka.
Di babak perpanjangan waktu, Southgate memilih untuk menggantikan Grealish dengan menempatkan Kieran Trippier.
Tak sedikit pihak yang menilai bahwa langkah Southgate ini begitu keras. Tak peduli pada mentalitas sang pemain.
Di balik pergantian itu, Southgate lebih menekankan pada keuntungan tim daripada individu pemain. Membawa masuk Trippier merupakan cara untuk mempertahankan keunggulan tim.
Inggris sudah unggul atas Denmark. Keunggulan harus dipertahankan baik itu lewat mengorbankan pemain yang berada di lapangan, termasuk membawa keluar Grealish yang baru bermain 35 menit.
Langkah Inggris ke final tak lepas dari ketegasan dan keberanian Southgate. Tegas dalam hal mengatur tim yang berkomposisikan pemain-pemain bertalenta.