Memaafkan Membutuhkan Keterbukaan Hati.Â
Keterbukaan hati untuk menyatakan bahwa kita terluka. Kita harus berani untuk menyampaikan bahwa kita terluka karena apa yang terjadi. Kita mengeluarkan luka-luka batin dengan menceritakannya kepada orang-orang yang sudah profesional dalam mengolah luka batin.
Menyembunyikan persoalan dan sakit hati hanya menambah beban. Jadinya, saat kita menyampaikan permohonan maaf, tetapi hati kita belum bebas.
Maka dari itu, kita perlu menyampaikan luka di dalam diri. Tak heran, banyak anjuran mengatakan bahwa lebih baik menceritakan luka-luka batin kita.
Tujuannya, agar yang mendengarkan bisa memberi solusi dan sekaligus kita bisa merasa lega karena kita berupaya mengeluarkannya dari dalam diri dan ada pula yang mau mendengarkan beban batin kita.
Keterbukaan hati merupakan cara untuk memaafkan. Kita membuka hati untuk menyatakan luka-luka di dalam diri agar kita menjadi lega. Ketika kita membuka hati, kita pun memberi peluang untuk menyampaikan maaf kepada orang-orang yang telah melukai hati kita.
Pada titik ini, ungkapan maaf seolah menjadi titik puncak. Kita memaafkan karena kita mau melupakan apa yang terjadi, menyembuhkan luka batin, dan terbuka untuk memulai relasi yang baru. Untuk mencapai titik ini, kita perlu membuka diri untuk mau disembuhkan.
Memaafkan merupakan bahasa iman. Dengan memaafkan, kita menunjukkan bahwa Allah yang kita imani sungguh hidup di tengah kita. Juga, dengan memaafkan kita menunjukkan bahwa kita mau menjadi pribadi yang bebas dan menang dengan kelemahan di dalam diri kita.
Selamat Idul Fitr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H