Segala sesuatu pasti ada akhirnya. Barangkali pernyataan ini cocok disematkan untuk nasib Juventus pada musim ini. Pada akhirnya, dominasi si Nyonya Tua, julukan Juventus di Serie A Liga Italia runtuh.
Juventus menguasai trofi Serie A Liga Italia selama 9 tahun. Hampir 1 dasawarsa. Musim ini, Juve harus merelakan trofi Liga Italia pergi tim lain. Peluang terbesar adalah masuk kabinet Inter Milan.
Kemenangan Inter Milan kontra Crotone (2-0) menutup peluang bagi Juventus mempertahankan titel Liga Italia. Inter hanya menunggu hasil laga antara Atalanta kontra Sassuolo.
Apabila Atalanta yang berada di posisi ke-2 klasemen sementara Liga Italia meraih kekalahan, titel Liga Italia pun resmi menjadi milik Inter.
Juventus menghadapi ketidakstabilan pada musim ini. Pergantian pelatih dari tangan Maurizio Sarri ke tangan arsitek muda, Andrea Pirlo tidak memberikan solusi. Persoalan lama tetap ada, dan malah Juve tidak tampil stabil. Hasilnya, Juve terlempar keluar dari posisi 4 klasemen sementara Liga Italia.
Posisi ke-5 bukanlah tempat yang aman bagi Juve. Tidak berada di zona liga champions.
Kalau Juve tetap berada di tempat yang sama hingga musim ini berakhir, Juve pun harus siap hadapi kenyataan tidak bermain di Liga Champions pada musim depan. Pukulan yang cukup keras untuk Juve.
Tinggal 4 laga tersisa. Segala sesuatu masih bisa terjadi untuk Juventus dan tim lainnya.
Juve berpacu dengan 4 laga tersisa tersebut. Misi wajib menang harus berada di benak Juve dan berharap tim lain yang berada di 4 besar terantuk apabila Juve mau bermain di Liga Champions pada musim depan.
Runtuhnya dominasi Juve pada musim ini membahasakan warna baru Liga Italia. Trofi tidak lagi dikuasai oleh satu tim. Inter berhasil meruntuhkan dominasi Juve. Memang, Inter tak membangun kekuatannya secara instan.
Paling tidak, raihan Inter di Liga Italia sudah bermula semusim lalu. Klub mendatangkan Antonio Conte di tahun 2019, seorang pelatih yang sarat pengalaman di Liga Italia dan pernah mencicipi titel Liga Italia bersama Juventus.