Kalau hal yang sama terjadi di tempat-tempat lain, ini bisa memberikan awasan serius. Awasan yang paling utama adalah target untuk menurunkan kasus Covid-19 akan selalu mentok. Vaksinasi yang sudah dicanangkan pemerintah bisa berjalan lambat atau mentok di tempat.
Pasalnya, ada pihak yang tidak bekerja seturut aturan. Lebih mementingkan hal tertentu, dan mengabaikan penanganan pandemi dengan baik dan sekaligus keselamatan umat manusia.
Awasan yang lain adalah soal sistem kerja dalam penanganan Covid-19. Sistem kerja masih tak luput dari korupsi dan jauh dari transparansi.
Hemat saya, praktik yang terjadi di bandara Kualanamu tak luput dari praktik korupsi. Cari untung tetapi menggadaikan nasib manusia. Memakai kembali barang bekas bisa menjadi jalan untuk mencari untung, tetapi membahayakan orang yang menggunakannya.Â
Praktik korupsi sangat lekat dengan sistem kerja tertentu. Ketika sistem kerja tidak dikontrol dan diatur dengan baik, praktik korupsi bisa berjalan serampangan. Juga, sistem kerjanya yang melapangkan praktik yang terjadi karena setiap pihak merasa terbiasa.
Solusinya bisa saja mengganti personel yang ada di dalam sistem itu. Atau pun, mengganti sistem kerja yang lebih efektif dan transparan.
Maka dari itu, belajar dari praktik yang terjadi, pihak yang berwenang harus lebih transparan dalam memperlihatkan penanganan Covid-19. Transparansi bisa membuka pikiran masyarakat tentang kenyataan yang terjadi.
Juga, peristiwa di bandara Kualanamu menjadi peringatan serius bagi siapa saja. Urusan kemanusiaan tak boleh dikesampingkan demi kepentingan sesat. Harapannya, peristiwa ini tidak terjadi di tempat-tempat lain.
Kalau hal ini terjadi juga di tempat-tempat lain, pemerintah harus bekerja cepat. Barangkali itu bisa menjadi salah satu cara mengoptimalkan penanganan Covid-19 di tanah air.
Salam