Manchester United (MU) disingkirkan Leicester City dari kompetesi Piala FA (21/3). Tersingkirnya MU dari kompetesi tertua di Inggris ini pelan-pelan membuka peluang tanpa gelar bagi MU pada musim ini.
Praktisnya, hanya tinggal kompetesi Piala UEFA yang bisa menjadi kesempatan terakhir MU untuk raih gelar di akhir musim. Secara umum, MU tampil cukup impresif di piala UEFA. Bahkan MU sendiri dinilai sebagai favorit kuat untuk meraih piala UEFA.
Selain tersingkir dari Piala FA, MU juga berdiam di posisi ke-2 klasemen sementara Liga Inggris. Beda 12 poin dari Man City. Jarak yang cukup jauh.
Ditambah lagi Man City sementara berada dalam penampilan terbaik mereka pada musim ini. Jadi, menggeser Man City dari puncak klasemen sepertinya menjadi langkah yang sangat mustahil untuk MU. Barangkali langkah nyata MU di Liga Inggris adalah tetap mengamankan tempat di zona liga champions untuk musim depan. Â
Target meraih piala UEFA bisa menjadi penghiburan bagi MU. Di babak delapan besar, MU akan bertemu dengan klub asal La Liga Spanyol, Granada. Di atas kertas, MU bisa menggeser Granada agar bisa melaju ke babak semifinal.
Andaikata skenarionya terjadi sebaliknya, MU pun harus gigit jari. Musim tanpa gelar menjadi kenyataan yang harus diterima oleh suporter MU.
Muaranya dari situasi ini adalah pelatih. Situasi ini bisa menjadi ancaman serius bagi Ole Gunnar Solksjaer di kursi kepelatihan.
Bisa saja, musim ini menjadi waktu terakhir bagi Ole untuk bertahan di MU. Ole terlihat belum bisa memenuhi harapan klub untuk mengembalikan kejayaan MU sebagaimana yang terjadi di era Sir Alex Ferguson.
Paling tidak, satu alasan yang bisa menyingkirkan Ole dari kursi pelatih adalah soal ketidakstabilan MU. Tampil gemilang di piala UEFA dengan menyingkirkan klub AC Milan, beberapa hari kemudian MU malah mentok di Piala FA di tangan Leicester City. Ini membahasakan ketidakstabilan MU dalam menghadapi setiap kompetesi.
Berbeda dengan rival sekota, Man City. Pasukan Pep Guardiola mempunyai keseimbangan yang cukup kuat. Terbukti, Man City masih berlaga di empat kompetesi yang berbeda. Peluang Man City meraih 4 gelar pada musim ini sangat terbuka lebar.
Sementara MU belum berada pada level keseimbangan yang dimiliki oleh Man City. Ketidakseimbangan ini bisa membahasakan bahwa MU terlihat kurang berdaya menghadapi ketatnya kompetesi.
Hal itu juga bisa menunjukkan bagaimana Solksjaer mempersiapkan skuadnya berhadapan dengan pelbagai kompetesi yang dilakoni oleh MU. Kalau targetnya gelar, setiap kompetesi dihadapi secara sama tanpa mengedepankan yang satu dan mengesampingkan gelar lainnya.