Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Ingat Masa Lalu, Moeldoko Pikir Masa Depan

7 Maret 2021   13:16 Diperbarui: 7 Maret 2021   14:01 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sumber foto: Dokumentasi/Partai Demokrat via Kompas.com

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat dan mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut berkomentar tentang hasil kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat versi Deli Serdang, Sumetra Utara. Dalam komentarnya itu, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko ikut disoroti.

Dalam KLB ini, Moeldoko yang bukan merupakan kader partai Demokrat terpilih sebagai ketua umum partai lewat KLB di Sumut. Selain itu, soroton itu juga berhubungan pada relasi yang pernah terbangun antara SBY dan Moeldoko.  

Moeldoko bukanlah sosok asing bagi SBY. Beliau pernah menjadi panglima TNI sewaktu SBY masih berada di kursi presiden pada tahun 2013. Mengingat ini, SBY hanya menyatakan rasa malu dan bersalah karena telah memberikan banyak kepercayaan kepada Moeldoko (CNN Indonesia.com 6/3/21).

SBY mengingat masa lalu ketika Moeldoko masih berada di bawah kepemimpinannya. Tentu saja, relasi itu bukan sekadar pimpinan dan bawahan tetapi seyogianya telah menjadi rekan politik. Pendeknya, keduanya pernah berada di satu perahu untuk melaksanakan pelbagai kebijakan politik di negara ini.  

Namun, situasi berbeda setelah terjadi isu kudeta hingga KLB di Deli Serdang. Relasi yang pernah terbangun di masa lalu seolah menguap di hadapan kepentingan politik. Hal ini seolah mengamini bahwa di dalam dunia politik, tidak ada relasi yang kekal, yang kekal adalah kepentingan politik.

Kepentingan politik sudah berubah. Barangkali Moeldoko tidak mau terus berada di bawah bayang-bayang kepemimpinan SBY. Ingin mendapatkan kepentingan yang berbeda. Makanya, kesempatan menjadi ketua umum yang telah ditentukan oleh KLB Partai Demokrat versi Deli Serdang bisa menjadi kesempatan untuk membangun karir politik bagi Moeldoko.

Tak tanggung-tanggung, dalam KLB Deli Serdang ini Moeldoko mengalahkan salah satu mantan politisi senior partai Demokrat, Marzuki Alie. Tidak sampai di situ, selepas pemilihan itu, Moeldoko pun hadir di tempat pemilihan, diterima para pendukung yang hadir di KLB, dan mendapatkan jaket biru Partai Demokrat.

Menjadi ketua umum partai Demokrat versi KLB Deli Serdang merupakan kesempatan politik bagi Moeldoko. Bukan tidak mungkin ini pun menjadi jalan bagi Moeldoko untuk membangun karir politik yang lebih luas, termasuk terlibat di pilres pada 2024.

Memang terlalu dini untuk berbicara tentang keterlibatan Moeldoko di pilres 2024. Namun, melihat pergerakan politik ini, boleh saja Moeldoko berpikir pada waktu yang akan datang. Kendaraan politik sudah ada.

Tinggal bagaimana Moeldoko dan timnya melakukan konsolidasi dengan partai-partai lain. Andaikata KLB versi Deli Serdang ini mendapat pengakuan banyak kader partai Demokrat bisa saja Moeldoko bisa terus menguatkan kekuatan politik untuk jangka waktu yang akan datang.

Keterlibatan Moeldoko di tengah perpecahan partai Demokrat bisa membahasakan kepentingan politiknya. SBY dan AHY boleh saja mencela dan mengkritisi langkah politik Moeldoko di partai Demokrat, namun di hadapan kepentingan politik, celaan dan kritik itu bisa serupa angin berlalu. Kerap kali yang dikedepankan adalah pencapaian kepentingan politik.

Kepentingan politik sebagai ketua partai sudah tercapai. Kendati pun, cara ini ditolak dan dikritisi secara keras oleh banyak pihak. Kepentingan selanjutnya adalah pada bagaimana membangun karir politik pada jenjang yang lebih luas.

Pendeknya, Moeldoko barangkali berpikir pada langkah-langkah politiknya untuk masa depan. Masa lalu, termasuk pernah berada di bawah kepemimpinan politik SBY, hanya merupakan bagian dari pengalaman berpolitik dan berakhir bersama terlewatnya kepentingan politik.

Fokus untuk saat ini adalah kepentingan politik yang berbeda. Versi KLB Deli Serdang, Moeldoko berhasil terpilih meraih kekuasaan di kursi ketua umum partai Demokrat.

Barangkali tidak akan sampai di sini. Kita akan melihat langkah politik dari Moeldoko di saat yang akan datang. Pasalnya, sejauh kepentingan kekuasaan menjadi motif di balik KLB, langkah-langkah politik lain pun menjadi mungkin.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun