Ketika Paris Saint-Germain (PSG) mengalahkan Barcelona dengan skor telak 4-1 di Camp Nou dalam lanjutan babak 16 besar Liga Champions, Ronald Koeman mengakui kelebihan PSG. Koeman menilai jika PSG patut menang karena memiliki personil yang tampil jauh lebih baik dari Barca. Lebih jauh, Koeman melihat jika peluang Barca di Liga Champions sudah terlalu sempit.Â
Koeman mengerti dengan situasi timnya dan mengakui kemampuan lawan. Karena ini, Koeman tidak menyalahkan timnya karena apa yang dimilikinya tidak setara dengan kemampuan anak-anak Pocchetino.
Namun, situasi berbeda saat Barca ditahan imbang oleh Cadiz di La Liga Spanyol (1-1). Barca sudah unggul 1 gol lewat tendangan Lionel Messi dari titik penalti. Seharusnya gol itu dimanfaatkan untuk mencetak gol tambahan guna meraih poin penuh. Apalagi Atletico Madrid yang berada di puncak klasamen, sehari sebelumnya kalah dari Levante (0-2). Bukannya memanfaatkan momen itu untuk memperpendek jarak dengan Atletico Madrid, Barca malah membuang poin penuh.Â
Cadiz berhasil mencuri satu poin. Gol dari titik penalti yang dicetak di menit-menit akhir melukai Barca yang bermain kurang ngotot. Dengan ini, Barca hanya berhasil meraih 1 poin.Â
Tentu saja, hasil yang cukup mengecewakan. Di atas kertas, Barca seharusnya bisa merai poin penuh. Bahkan laga ini bisa dijadikan momentum untuk mengembalik semangat yang sempat down karena kekalahan di ajang Liga Champions.Â
Hasil imbang malah menambah beban baru bagi Barca. Jarak dengan peringkat pertama tidak terlalu diperbaiki. Malahan, dengan ini situasi kian mempertegas kalau pada musim ini Barca bisa tanpa gelar. Kalau hal ini terjadi, dua musim berturut-turut Barca tidak akan merasakan sukacita karena meraih gelar. Â Situasi ini tentu saja tidak membahagiakan bagi klub sekelas Barca.Â
Sebagai pelatih, Ronald Koeman patut kecewa. Selepas peluit laga berakhir, Koeman terlihat mengabaikan para pemain. Sang pelatih langsung meninggalkan lapangan tanpa menyalami para pemain sebagaimana yang dilakukannya pada laga-laga lain.Â
Dalam wawancara selepas laga, Koeman tidak menyembunyikan kekecewaannya. Menurutnya, dia lebih kecewa dengan hasil seri daripada kekalahan yang diraih timnya dari PSG di Liga Champions (Marca com 21/2/21)
Pernyataan ini menunjukkan kekecewaannya sebagai pelatih yang luar biasa. Boleh jadi, kekecewaan ini terjadi ketika ekspetasinya tidak berjalan dengan realitas.Â
Trofi La Liga Spanyol masih terbuka, apalagi dengan kekalahan yang menimpa Luiz Suares dan kawan-kawan. Peluang terbuka lebar. Di saat ingin mengharapkan untuk mendapatkan poin penuh guna memangkas jarak dengan Atletico Madrid, timnya malah ditahan imbang.Â
Koeman jarang mengungkapkan kekecewaannya saat timnya kalah atau pun seri. Koeman cenderung mengevaluasi kekurangan timnya atau juga lebih menilai kelebihan tim lawan. Lebih berpikir positif daripada menunjukkan kekecewaan pada penampilan timnya.Â