Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makan Bersama, Jauhi Kemarahan dan Dekati dengan Nasihat

5 Januari 2021   17:41 Diperbarui: 5 Januari 2021   17:49 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Makan Bersama (pexels.com)

Makan bersama merupakan rutinitas di dalam kehidupan berkeluarga. Sebenarnya bukan sekadar rutinitas biasa. Juga, ini bukan sekadar momen untuk menikmati buah dari usaha dan pekerjaan lewat makanan yang tersaji, tetapi ini juga bisa menjadi momen untuk berinteraksi.

Sampai saat ini, keluarga kami masih tetap mempertahankan kebiasaan makan bersama. Tidak ada yang makan lebih dahulu atau pun kemudian. Setiap anggota keluarga diminta untuk makan bersama. Tak heran, kalau kedua orangtua kami agak sedikit marah ketika kami tidak menemani mereka untuk makan bersama. 

Sejauh yang saya alami, makan bersama merupakan momen kebersamaan sebagai sebuah keluarga. Apalagi saat ini saat phone dan TV kerap kali mengganggu kebersamaan. Karenanya, momen makan bersama tak boleh dibiarkan untuk terlewatkan begitu saja.   

Lewat makan bersama, anggota keluarga bisa mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan, alami, dan hadapi di dalam kehidupan setiap hari. Tak heran, banyak cerita menarik yang tersampaikan lewat makanan bersama. Kadang-kadang, rencana tertentu tercetus sewaktu ada komunikasi dan interaksi di antara anggota keluarga. 

Maka dari itu, momen makan bersama seyogianya berlangsung santai, akrab, dan penuh dengan canda tawa. Komunikasi tidak boleh menegangkan karena itu bisa saja berdampak pada rasa mood seseorang untuk menikmati makanan. Alih-alih ingin menikmati makanan, tetapi karena beban perasaan yang dihadirkan, seseorang malah kehilangan nafsu makan. 

Rasa tegang itu bisa saja terjadi karena cara berkomunikasi dan topik pembicaraan yang disampaikan. Seorang teman asal Filipina pernah berkata kalau di dalam keluarganya, saya kira keluarga orang Filipina, sangat tidak baik berbicara tentang politik. Pembicaraan yang bernuansa serius mesti dihindari karena itu bisa mempengaruhi selera makan seseorang. 

Apalagi kalau memarahi seseorang sewaktu makan bersama. Bukannya menyelesaikan persoalan, hal itu bisa menimbulkan persoalan, terlebih khusus dalam relasi. Karenanya, memarahi seseorang sewaktu makan bersama bisa membuat situasi menjadi runyam. Bisa ada trauma yang berujung pada relasi yang retak di antara kedua belah pihak. 

Seorang teman begitu marah kepada bosnya. Gara-gara dia ditegur dan dimarahi sewaktu makan bersama. Dia mendengarkan teguran bosnya itu. Namun, teguran keras bosnya itu malah membuat batinnya tidak tenang. Tanpa berpikir panjang, dia pun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.  

Menurutnya, semenjak kecil tak sekalipun dia dimarahi sewaktu menikmati makan bersama. Hingga peristiwa itu terjadi. Dia dimarahi sewaktu jam makan bersama. Dia tidak terima. Batinnya terluka. 

Kemarahan sewaktu makan bersama bisa merusak suasana. Makanan  yang enak bisa berubah menjadi hambar. Tak sedap. Situasi bisa menjadi tegang. Nafsu makan bisa hilang begitu saja. 

Akan tetapi, kalau kemarahan diubah dengan cara berbeda barangkali situasinya bisa menjadi berbeda. Kemarahan dikontrol. Persoalan yang terjadi didekati dengan solusi yang ramah dengan situasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun