Tim nasional Spanyol memukul timnas Jerman dengan skor telak (6-0) (18/11/2020). Kemenangan yang patut dirayakan. Betapa tidak, Jerman termasuk timnas yang dihuni oleh banyak pemain berbakat yang bermain di beberapa tim-tim elit di Eropa.
Kemenangan Spanyol ini terjadi di Liga Bangsa-bangsa Eropa versi UEFA (UEFA Nations League) (18/11/2020). Kemenangan ini juga menunjukkan harapan baru dari dan bagi tim Matador.
Harapan baru itu sebenarnya bermula dari perubahan yang dihadirkan oleh Luis Enrique pada tubuh La Roja, julukan timnas Spanyol. Mantan pemain dan pelatih Barcelona ini perlahan mengubah wajah timnas Spanyol.
 Runtuhkan dominasi Real Madrid dan Barca
Perubahan yang paling pertama adalah meruntuhkan dominasi dua raksasa La Liga Spanyol, Real Madrid dan Barcelona di dalam tubuh tim Spanyol.
Bukan rahasia lagi jika timnas Spanyol biasa melekat dengan Real Madrid dan Barcelona. Kedua tim La Liga ini kerap menjadi tim penyumbang pemain terbanyak bagi tim nasional.
Barangkali ini terjadi karena pengaruh ke-2 tim di kancah La Liga dan Eropa sekaligus. Tak heran, pengaruh ini berbuah manis pada pemain yang berasal dari Spanyol. Â
Situasi timnas mulai berubah di bawah komando Luis Enrique. Real Madrid dan Barca tidak lagi menjadi dua tim penyumbang terbanyak pemain ke tubuh timnas.
Perubahan ini mungkin tidak lepas dari kondisi dua raksasa La Liga Spanyol ini. Bila melihat skuad yang dimiliki oleh Real Madrid dan Barca, banyak pemain Spanyol yang tidak memberikan kontribusi dominan untuk tim sebagaimana pada masa-masa sebelumnya.
Ambil contoh dari kubu Barca. Para pemain Spanyol di dalam tubuh Barca memang masih banyak. Akan tetapi, penampilan mereka tidak segemilang dengan para pemain Spanyol yang berlaga di tim dan liga lainnya.
Paling tidak lebih dari 5 pemain asal Spanyol di Barca. Gerard Pique, Jordi Alba, Sergio Busquet, C. Alena, R. Puig, Pedri, Sergi Roberto. Namun, mereka terlihat kalah berkompetesi dengan pemain impor. Sebagai akibatnya, selain tergeser di klub, juga mereka tidak dipanggil timnas Matador.
Berbeda di era Pep Guardiola. Paling tidak, para pemain asal Spanyol mendominasi kesebelasan Barcelona. Pique, Puyol, Iniesta, Xavi, Fabregas, Pedro, David Villa, Jordi Alba adalah beberapa nama yang menjadi langganan Barca. Ini pun berdampak pada pemanggilan mereka ke timnas Spanyol.
Di laga jeda internasional kali ini, Luis Enrique hanya memanggil Sergio Busquets dan Sergio Roberto. Kalau Ansu Fati tidak dibekap cedera, dia bisa saja ikut diikutsertakan dalam skuad Enrique apabila menimbang penampilannya di Barca.
Ketiganya pun bukan menjadi jaminan berada di tim inti apabila menimbang keberadaan para pemain lainnya. Pasalnya, ada beberapa pemain di posisi mereka yang juga tampil gemilang bersama tim-tim yang mereka belah.
Situasi yang sama terjadi di El Real. Para pemain asal Spanyol harus berjuang untuk mendapat tempat di skuad Real Madrid. Terlebih lagi Zidane juga lekat pada kebiasaannya memasang pemain impor.
Sebenarnya, bukan salah Zidane semata. Akan tetapi, performa pemain menjadi standar bagi seorang pelatih untuk memainkan seorang pemain. Â Â
Perbedaan ini menjadi nyata bila membandingkan antara skuad La Roja di piala dunia 2018 di Rusia dengan para pemain yang dipanggil untuk laga internasional pada pekan terakhir ini.
Pelatih Spanyol sewaktu Piala Dunia 2018, Julen Lopetegui memilih 10 pemain yang berasal tim Real Madrid dan Barcelona dari 23 pemain yang dibawa ke Rusia. Komposisi ini menunjukkan jika kedua tim masih mendominasi timnas.
Sementara itu, dalam jedah untuk laga internasional pekan terakhir ini, Luis Enrique hanya memanggil empat pemain dari kedua tim. 2 (Ramos dan Asensio) dari Real Madrid dan 2 juga (Sergi Roberto dan Busquets) dari Barca. Kuota pemain yang menurun sangat drastis. Dominasi Real Madrid dan Barca perlahan menghilang dari kubu Tim Matador.
Buka Peluang untuk Muka Baru
Arah perubahan ini bermuara pada membuka peluang kepada para pemain yang tampil gemilang, baik itu di La Liga Spanyol maupan di liga-liga di Eropa. Terbukti, penampilan gemilang Ferran Torres sejak bergabung dengan Manchester City musim ini berakhir dari kepercayaan untuk bermain di timnas.
Tak menyiakan kepercayaan masuk skuad timnas, pemain yang masih berusia 20 tahun ini berhasil mencetak hat trick ke gawang Jerman. Penampilan ciamik ini bisa mempermanenkan F. Torres di dalam skema Enrique. Bahkan ini juga menjadi bekal bagi mantan pemain Valencia untuk diikutsertakan dalam skuad piala Eropa tahun depan.
Selain F. Torres, Enrique juga ikut memanggil Oyerzabal (Real Sociedad) dan Adama Trore (Wolves). Kedua pemain ini bermain ciamik bersama tim mereka.
Faktor penampilan menjadi tolak ukur bagi Enrique dalam memanggil siapa yang patut bermain untuk Spanyol. Usia tidak masalah. Asalkan bisa menunjukkan performa terbaik.
Terbukti, dalam skuad yang bermain kontra Jerman, hanya Ramos (34 tahun) dan Sergiio Busquets (32 tahun) yang berada di atas usia 30 tahun. Yang paling muda adalah Eric Garcia (19 tahun). Rata-rata usia skuad pun berada pada level 25.48 tahun.
Kepercayaan kepada skuad muda ini berbuah hasil yang memuaskan. Timnas Jerman yang dikenal sebagai tim yang disiplin dan dihuni para pemain hebat harus tunduk pada reformasi Luis Enrique di timnas Spanyol.
Perubahan ini tentunya memberikan prospek yang positif bagi timnas Spanyol. Ini bisa menjadi bekal bagi timnas Spanyol untuk mengulang prestasi-prestasi yang pernah diraih pada waktu-waktu lalu.
Sumber: Marca.com (17/11/2020)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H