Simpatisan Rizieq Shihab memadati bandara internasional Soekarno-Hatta ketika RS pulang dari Arab Saudi pada 10 November lalu. Berita kedatangan dari Pendiri Front Pembela Islam (FPI) dinodai oleh kerumunan massa, kemacetan pada jalur menuju bandara, dan kerusakan pada beberapa fasilitas publik.
Kemacetan dan kerusakan fasilitas publik patut disesalkan. Semantara itu, kerumunan massa sulit dipungkiri bila menimbang pengaruh RS sebagai tokoh agama. RS terbilang sebagai sosok yang mempunyai simpatisan yang tidak sedikit.
Akan tetapi, situasi cukup disesalkan ketika hal itu berseberangan dengan apa yang sementara digencarkan pada situasi saat ini. Pandemi Korona. Mengapa hal itu tidak diantisipasi dengan cara-cara yang tegas? Misalnya, tidak membiarkan kerumunan massa terjadi.
Pandemi Korona mewajibkan masyarakat untuk patuh pada aturan kesehatan. Aturan itu berlaku untuk semua. Tidak pandang bulu. Aturan-aturan itu termasuk, menjaga jarak ketika berada bersama dalam satu kelompok. Acara-acara yang melibatkan banyak orang harus dibatasi dan bahkan diminta untuk dibatalkan.
Hanya satu tujuan dari seruan patuh menjaga protokol kesehatan ini. Agar tidak banyak kasus korona yang terjadi. Dengan kata lain, mengikuti protokol kesehatan berarti menjaga diri sendiri dan orang-orang di sekitar dari ketertularan Covid-19.
Kendati demikian, kehadiran dan keberadaan RS di beberapa kesempatan menyebabkan kerumunan massa. Banyak orang yang mengkritisi dan menyeruhkan langkah konkret pemerintah dalam menyikapi situasi itu. Toh, RS adalah warga negara yang juga mesti patuh pada aturan. Â
Kritik kerumunan massa ini hanya berada pada level wacana. Tidak ada aksi lanjut yang membatasi dan melarang kerumunan massa lainnya setelah peristiwa di bandara.
Paling tidak, membatasi kerumunan massa yang sama sewaktu beliau tiba di tanah air aga tidak terjadi lagi pada waktu dan tempat yang berbeda. Boleh melakukan kegiatan, asalkan kegiatan itu benar-benar mengikuti protokol kesehatan.
Namun, hal itu tidak terjadi. Terbukti, pada situasi pernikahan anak dari RS. Kerumunan massa kembali terjadi. Pada situasi seperti ini, orang pun bertanya soal ketegasan pemerintah.
Apakah pemerintah tidak terlalu tegas? Ataukah, pemerintah mati gaya di hadapan RS?
Hanya setelah beberapa acara berlalu, suara pemerintah muncul dengan jelas. Mulai dari pihak kepolisian.