Untuk konteks politik Indonesia saat ini, Gatot Nurmantyo dan Amien Rais adalah dua sosok yang bisa di bilang berada di barisan oposisi. Amien Rais bisa dinilai sebagai oposisi tulen pada pemerintahan Jokowi.
Ketika Prabowo masuk ke kabinet, Amien Rais tetap pada pendirian. Menjadi oposisi pemerintahan.
Sebaliknya, Gatot Nurmantyo pernah menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi di periode I. Jabatannya sebagai Panglima TNI RI, tentu memberikan pengetahuan bagi Gatot Nurmantyo tentang tipe kepemimpinan Jokowi.
Selepas pensiun dari TNI, Gatot mengambil langkah tersendiri. Hingga Gatot dan beberapa rekannya hadir dan melahirkan Koalisi Aksi Menyelamat Indonesia (KAMI).
Gatot dan kawan-kawan menyebut gerakan ini sebagai gerakan moral yang coba memberikan kontribusi kepada pemerintahan. Walau demikian, unsur politis di balik gerakan itu sangat sulit terhindarkan.
Apalagi gerakan itu berkutat dengan dunia politik, pemerintahan Jokowi. Makanya, sangat sulit memisahkan gerakan itu dari batas-batas politik. Makanya, tidak sedikit yang melihat upaya Gatot untuk mencari panggung politik demi pilpres 2024.
KAMI pun sedikit daun di dunia politik tanah. Media di tanah air memberitakan aksi gerakan ini di beberapa tempat. Apalagi, mereka hadir dengan slogan menyelamatkan Indonesia.
Walaupun pertanyaan pokoknya, apa yang mesti diselamatkan?
Lalu, Gatot juga sempat mengeluarkan pernyataan bahwa beliau berhenti dari TNI karena aksinya yang mengajak untuk menonton film G30s/PKI. Terlepas kontroversinya dari pernyataannya itu di ruang politik, Gatot dan gerakan KAMI mendapat pemberitaan.
Di tengah demonstrasi penolakan Undang-undang Cipta Kerja, gerakan KAMI kembali mendapat sorotan. Beberapa anggotanya ditangkap karena dinilai terlibat di balik demonstrasi yang melahirkan aksi anarkis.
Penangkapan ini adalah tantangan bagi gerakan KAMI yang belum berusia setahun. Dampaknya cukup serius bagi gerekan ini untuk mendapat simpati dari masyarakat.