Salah seorang kakak sepupu saya, sebut saja namanya Robert, belum menikah sampai saat ini. Usianya sudah masuk kepala empat. Dua adik laki-lakinya sudah berkeluarga dan bahkan sudah dikarunia oleh buah hati.
Banyak orang mempertanyakan alasan kenapa dia belum menikah. Akan tetapi dia selalu menjawab bahwa itu adalah jalan hidupnya.
Walau demikian, banyak orang di kampung yang belum mengerti dengan jawaban itu. Bagi mereka, menikah adalah salah satu atau satu-satunya pilihan hidup. Kecuali kalau seseorang masuk biara menjadi pastor, orang sudah memahami situasi itu.
Tak heran, saat seseorang tidak menikah, mereka akan mempersoalkan hal itu. Apalagi yang tidak menikah itu sudah mempunyai pekerjaan. Hidup tidak berkekurangan. Karena ini, orang kerap menilai bahwa pekerjaan dan hartanya tidak bernilai karena dia tidak menikah.
Parahnya, ketika pilihan tidak menikah itu dikaitkan dengan unsur mitis-magis. Kakak sepupu saya ini pun harus menjadi korban dari pandangan mitis-magis keluarga dan masyarakat.
Menurut kepercayaan masyarakat, dia tidak menikah karena sewaktu adiknya menikah, mereka tidak melakukan upacara adat. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, ketika adik mau menikah dan mendahului kakaknya, keluarga harus melakukan upacara adat. Upacara ini serupa permohonan ijin.
Karena ini, keluarga kakak sepupu saya pun membuat acara adat. Tujuannya untuk memperbaharuai kesalahan adat yang telah terjadi. Â
Akan tetapi, sudah beberapa tahun selepas upacara adat itu terjadi, efeknya belum berdampak. Kakak sepupu saya itu tetap singel sampai saat ini. Malahan, dia menjalani hidup singelnya dengan penuh kebahagiaan. Tanpa beban sebagaimana apa yang dipikirkan oleh orang lain.
Ketika hidup tidak menikah itu sebagai pilihan, orang akan menjalaninya dengan sukacita. Tidak mempunyai beban sebagaimana apa yang dipikirkan oleh orang lain.
Sering kali, banyak orang masih melihat secara miring ketika seseorang memilih hidup singel. Tidak menikah. Ada yang aneh dari cara hidup seperti itu. Apalagi dalam konteks masyarakat di mana setiap orang seyogianya harus menikah dan berkeluarga.
Pada saat salah satu anggota komunitas dan keluarga tidak menikah, banyak orang yang mempertanyakan dan mempersoalkan hal itu. Ada upaya juga dari keluarga untuk mencari pendamping hidup seperti cara menjodohkan. Yang tidak menikah diperkenalkan kepada seseorang yang juga belum menikah. Kalau keduanya dan keluarga cocok, pernikahan pun terjadi.