Dalam hari ulang tahun Partai Amanat Nasional (PAN) yang ke-22, dalam pidatonya Presiden Jokowi menyinggung tentang zona nyaman setelah era reformasi. Melansir berita dari Kompas.com (23/8),
Presiden Jokowi menyatakan bahwa setelah reformasi banyak orang yang tinggal di zona nyaman. Karena situasi ini, sangat sulit untuk menawarkan cara baru.
Secara tersurat, Presiden Jokowi menyinggung zona nyaman di bidang ekonomi. Karena zona nyaman di bidang ini, banyak orang sulit membuka diri pada perubahan dari luar. Banyak orang sudah merasa denga kondisi mereka hingga mereka tidak mau masuk dan menerima cara hidup baru.
Zona nyaman di bidang ekonomi mungkin tidak berlaku untuk semua pihak. Pasalnya, tidak sedikit orang yang masih mengeluh karena kesulitan ekonomi. Mereka ini malah membutuhkan perubahan. Dengan kata lain, mereka ini belum berada pada zona nyaman sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Jokowi. Â Â
Selain itu, hemat saya, zona nyaman itu bisa merasuki bidang politik. Presiden Jokowi berbicara secara virtual di forum partai politik. Ini bisa berarti bahwa rujukan zona nyaman itu bisa berkaitan dengan situasi politik, termasuk situasi partai politik di tanah air.
Salah satunya bisa berkaitan dengan kontestasi politik. Tidak sedikit orang yang kerap membatasi calon politik pada kategori tertentu.
Misalnya, kategori latar belakang agama dan budaya. Pada saat kandidat itu tidak masuk kategori yang telah digariskan, dia dinyatakan tidak pantas. Pandangan seperti ini merupakan salah bentuk berada pada zona nyaman di arena politik. Merasa nyaman dengan kategori tertentu, hingga sulit menerima dan mengakui perbedaan.
Selain itu, salah satu hal yang bisa membangun zona nyaman di dunia politik adalah politik dinasti. Memang ada pelbagai motif sebuah keluarga melibatkan banyak anggota keluarganya di arena politik.
Boleh jadi, berpolitik menjadi panggilan dari keluarga tersebut. Tidak masalah sejauh keluarga itu berperforma secara baik di tengah masyarakat. Atau juga, masyarakat memercayai keluarga itu untuk memimpin mereka.
Persoalannya, saat berpolitik menjadi arena bagi sebuah keluarga untuk mencapai kepentingan tertentu. Tentunya, kepentingan keluarga itu sendiri.
Agar kepentingan itu tidak hilang, menempatkan anggota keluarga sendiri menjadi cara untuk mempertahankan dan melindungi kepentingan itu. Karena ini, memasukan anggota keluarga pada bidang politik seolah menjadi upaya untuk menciptakan zona nyaman bagi sebuah keluarga tertentu.