Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pernah Kalah dan Maju Kembali di Pilkada, Realitas yang Perlu Dievaluasi

18 Agustus 2020   19:47 Diperbarui: 19 Agustus 2020   10:55 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemilih mencelupkan tangan ke tinta sebagai penanda telah menggunakan hak pilih dalam Pemilu. (Foto: KOMPAS/PRIYOMBODO)

Saya kira banyak kandidat politis di Pilkada Desember mendatang terdiri dari para kandidat yang pernah gagal di pilkada lima tahun lalu. Mereka bisa datang dengan rekan yang berbeda ataukah sama. Pendekatan politik pun berbeda pula.

Kegagalan di dalam dunia politik bisa disebabkan oleh pelbagai hal. Salah satu hal yang biasa ditunjukkan adalah faktor kepercayaan masyarakat. Kandidat tertentu belum masuk pada ranah kriteria masyarakat.

Faktor kepercayaan ini sangatlah penting. Tidak gampang untuk meraih kepercayaan masyarakat. Biasanya, bukti nyata menjadi salah satu faktor penting agar memperoleh kepercayaan masyarakat.  

Gagal karena faktor kepercayaan bisa menjadi bahan pelajaran berharga. Paling tidak, sebelum berkontestasi seseorang perlu mencerna sejauh mana kepercayaan masyarakat telah terbangun pada diri seorang calon. Andaikata gagal pada Desember mendatang, yang bersangkutan membutuhkan lima tahun untuk membangun kepercayaan masyarakat.  

Persoalannya, saat petahana menunjukkan kinerja yang sangat menjanjikan. Dengan ini, maju untuk berkontestasi bukanlah perkara gampang. Butuh kerja keras untuk meyakinkan masyarakat agar bisa menyaingi petahana.

Namun, saat petahana tidak berkinerja dengan baik, itu bisa menjadi momen tepat. Paling tidak, kinerja buruk itu bisa menjadi bahan untuk meyakinkan masyarakat.

Kegagalan dalam sebuah kontestasi politik itu merupakan hal yang biasa. Akan tetapi, hemat saya, kegagalan yang terjadi terus menerus merupakan hal yang perlu dicermati. Ada yang salah pada figur yang gagal tersebut. Dengan kata lain, masyarakat tidak mempercayainya untuk menjadi pemimpin mereka.

Pilkada mendatang bisa saja dihiasi oleh sosok-sosok yang pernah gagal di Pilkada sebelumnya. Ada yang sekali gagal, tetapi ada juga yang sudah dua kali gagal. 

Kegagalan itu menjadi bahan evaluasi untuk kembali maju di pilkada berikutnya, ataukah berpikir untuk undur diri dari dunia politik.

Ya, kontestasi pilkada bukanlah hal yang murah. Semua butuh biaya yang tidak sedikit. Pengorbanan yang besar, tetapi berbuah kegagalan bisa berujung kekecewaan yang sangat luar biasa. 

Akan tetapi, melihat kegagalan itu secara positif, hal itu bisa berujung pada pandangan dan keputusan yang bijak tentang sebuah kontestasi politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun