Sekiranya, 24 Agustus mendatang menjadi pembukaan ajaran tahun ajaran sekolah di Filipina. Biasanya, tahun ajaran baru sudah berlangsung sejak bulan Juni dan Juli. Namun, karena krisis pandemi, pemerintah Filipina mengundurnya hingga 24 Agustus mendatang.
Rupanya, tanggal yang ditetapkan ini bukanlah kata akhir. Banyak pendapat dari kalangan pemerintah untuk kembali menangguhkan pembukaan tahun ajaran baru.
Hari ini (14/8), Menteri Pendidikan Filipina, Leonor Briones menyatakan jika pembukaan tahuan ajaran baru diundur hingga 5 Oktober. Keputusan ini pada dasarnya bertujuan untuk kebaikan umum. Siapa pun tidak ingin agar pandemi korona menjadi beban di dunia sekolah. Â
Para pelaku pendidikan, baik itu para guru maupun para siswa harus menunggu sebulan lagi untuk memulai tahun ajaran baru. Salah satu alasan di balik penundaan pembukaan ajaran baru ini adalah soal perkembangan pandemi korona di Filipina. Â
Di tingkat ASEAN, Filipina menempati posisi pertama sebagai negara yang mempunyai kasus terbanyak. Padahal, Indonesia sempat memimpin jumlah kasus lebih dari sebulan.
Dari data kemarin (13/8), terdapat 4002 kasus baru yang ditemukan. Total kasusnya adalah 147,526, dengan kasus aktif 74,713 dan yang sembuh 70,387. Perbedaan dengan Indonesia adalah jumlah kasus kematian. Sejauh data kemarin, Filipina mempunyai 2,426 kasus kematian bila dibandingkan dnegan Indonesia 5,968 orang.
Jumlah kasus di Filipina meningkat sejak pemerintah melonggarkan masa karantina. Mobilasi massa sulit dikontrol. Siapa pun ingin keluar rumah untuk bekerja atau mencari penghidupan. Namun, pelonggaran ini berujung pada lonjakan kasus virus korona.
Meningkatnya kasus ini menjadi alarm di pemerintah. Makanya, pemerintah kembali menerapkan aturan karantina di beberapa wilayah. Tidak hanya itu, pemerintah juga menyeruhkan untuk meninjau kembali pembukaan tahun ajaran baru sekolah.
Selain itu, persoalan lain dari pembukaan tahun ajaran baru adalah soal kesiapan pelaku pendidikan. Seperti di Indonesia, banyak siswa yang merasa sulit untuk melakukan proses belajar jarak jauh dengan menggunakan media teknologi. Masih banyak pihak yang ingin melakukan pembelajaran tatap muka. Â
Keterbatasan fasilitas internet dan medium untuk belajar menjadi salah satu alasan. Misalnya, di provinsi saya menetap, tidak  semua tempat bisa terjangkau dengan signal internet yang kuat dan memadai. Bahkan beberapa tempat masih kesulitan mengakses signal internet.
Di level keluarga, tidak semua keluarga mampu secara finansial untuk menyediakan fasilitas belajar. Alih-alih berpikir tentang fasilitas teknologi, banyak keluarga yang malah berpikir untuk memenuhi kebutuhan harian seperti makanan.