Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dituduh sebagai Dukun Santet, Luka Batin yang Sulit Tersembuhkan

19 Juni 2020   10:23 Diperbarui: 19 Juni 2020   10:26 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dukun santet. Sumber foto: Tribunnews.com

Tuduhan itu seperti sebuah tikaman barang tajam dari belakang diri kita. Bekerja dalam diam dan tidak diketahui, tetapi rasa sakitnya cukup mengiris dan menyakitkan.

Siapa pun pasti tidak suka dituduh atas hal-hal tertentu. Bahkan itu bisa menyebabkan konflik yang serius jika tuduhan itu menyakitkan dan melukai perasaan.

Dua hari lalu seorang teman bercerita tentang pengalamannya di sekolah berasrama. Dalam salah satu kisah, dia bercerita tentang temannya yang sangat pendiam yang menjadi marah. Untuk pertama kalinya temannya itu marah setelah bertahun-tahun mereka tinggal bersama di sekolah berasrama.

Teman yang pendiam itu menjadi marah gara-gara tuduhan. Dituduh menyembunyikan anjing komunitas. Tuduhannya terlalu menyakitkan hingga dia tidak bisa mengontrol diri. Dia meluapkan kemarahannya dengan menempeleng orang yang menuduhnya.

Semua orang shock atas peristiwa itu. Yang biasanya tenang, diam dan tidak banyak bicara berubah seketika. Tuduhan membangkitkan kemarahannya.  

Dampak tuduhan sangatlah serius. Terutama kepada orang yang dituduhkan. Luka batin bisa menjadi salah satu dampak bagi orang yang tertuduh.

Sebuah tuduhan kerap kali terlahir dari prasangka. Tanpa bukti yang jelas. Bisa saja terlahir karena rumor yang beredar dari mulut ke mulut.

Adalah Mama Neni (bukan nama sebenarnya). Dituduh sebagai dukun santet. Mama Neni sendiri adalah teman akrab dari ibu saya.

Rumah kami dan rumah Mama Neni hanya berjarak 200-an meter. Hampir setiap sore, ibu saya selalu pergi ke rumah dari Mama Neni. Sekadar berbincang-bincang ataukah ada keperluan tertentu. Karena ini, kami juga terbiasa bermain di rumahnya.

Bahkan adik bungsu saya sewaktu masih kecil kerap kali dititip di rumah Mama Neni saat kedua orangtua saya pergi kerja. Kalau pulang dari sekolah, TKK dan SD, adik bungsu saya selalu pergi ke rumah dari mama Neni sambil menunggu kedua orangtua saya pulang dari tempat kerja.

Jadinya, Mama Neni serupa anggota keluarga kami. Dia juga kerap datang ke rumah jika membutuhkan sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun