Pihak otoritas gereja di Filipina sudah mengeluarkan aturan new normal guna diberlakukan di gereja. Umumnya, aturan new normal itu mengikuti standar yang digariskan oleh pihak pemerintah. Walau gereja yang membuatnya, tetapi tetap pemerintah yang bermain peran penuh dalam mengatur kebijakan new normal di gereja.
Jaga jarak, wajib mengenakan masker, check suhu tubuh sebelum masuk gereja, hanya yang berusia 20-59 tahun yang boleh datang ke gereja, dan yang sakit tidak boleh ke gereja adalah beberapa aturan new normal yang diberlakukan untuk di gereja.
Aturan new normal ini tentunya menjadi tantangan serius bagi gereja. Pasalnya, sebagai tempat ibadah, karakter gereja adalah terbuka untuk umum. Apa pun usia dan situasi seseorang, semua orang diterima di gereja.
Saya kira ini pun menjadi karakter tempat ibadah pada umumnya. Terbuka untuk siapa saja.
Kalau ada penolakan dan pemilihan umat, berarti itu bukanlah karakter dari sebuah tempat ibadah. Gereja dan tempat ibadah lain selalu dipandang sebagai rumah Tuhan. Sebagaimana Tuhan yang terbuka untuk semua, demikian pula rumah-Nya pasti terbuka untuk semua. Tanpa pandang usia dan situasi.
Namun, karakter ini bertolak belakang dengan protokol new normal. Ada pembatasan. Ada aturan yang mesti dituruti di tempat ibadah. Karena ini, protokol new normal berseberangan dengan karakter sebuah tempat ibadah.
Tetapi menimbang segala resiko dan konsekuensi yang bakal terjadi, aturan itu bisa dimaklumi. Toh, aturan ini bukan berlaku permanen. Ada waktunya berakhir. Selain itu, aturan ini dibuat untuk menjaga anggota gereja sendiri. Anggota yang dipandang sebagai yang gampang terlukai.
Aturan itu juga dinilai sebagai cara untuk melindungi umat manusia. Perlindungan umat manusia merupakan salah satu perwujudan hidup iman. Kita mengikuti sebuah aturan sebagai bentuk mewujudkan keimanan kita. Kita ingin melindungi diri kita sendiri dan orang lain, yang merupakan ciptaan Tuhan.Â
Aturan-aturan yang digariskan dalam protokol new normal, beberapa di antaranya barangkali berlaku untuk sementara waktu. Bergantung pada situasi dan penanganan korona. Tergantung kapan vaksin dan obat untuk korona bisa ditemukan.
Karenanya, tempat-tempat ibadah musti menerima konsekuensi dari protokol new normal. Kalau sebelum korona, banyak tempat ibadah sepi dari pengunjung, mungkin protokol new normal tidak berdampak sama sekali.
Tetapi jika banyak tempat ibadah yang kerap disesaki oleh umat, maka bersiaplah untuk melanjutkan kesiapan beribadah tanpa kehadiran banyak umat.