Menjadi pemimpin baru dalam sebuah komunitas tertentu bukanlah perkara gampang. Butuh adaptasi yang melibatkan usaha pengenalan pada orang-orang baru yang dipimpin.
Pastinya, banyak tantangan dan kesulitan yang terjadi berbarengan dengan proses adaptasi. Salah satunya, hal itu menjadi sulit karena orang-orang yang dipimpin acap kali mempunyai kecenderungan menoleh kepada pemimpin mereka yang terdahulu.
Alhasil, perbandingannya tak bisa terhindarkan. Perbandingan antara pemimpin baru tiba dengan pemimpin terdahulu.
Perbandingan itu bergantung pada performa pemimpin terdahulu. Perbandingan kian menantang dan menyulitkan jika pemimpin terdahulu mempunyai relasi positif dengan bawahan. Juga, performa memberikan banyak kontribusi bagi komunitas.
Kepergiannya adalah sebuah kehilangan. Kehadiran pemimpin baru kerap dibarengi dengan harapan agar dia bisa menjadi seperti pemimpin terdahulu. Pada satu sisi, harapan ini malah menciptakan beban batin bagi pemimpin baru. Dia dibayangi oleh harapan agar menjadi seperti pemimpin terdahulu.Â
Setiap langkah dan keputusan awal bisa bertabrakan dengan perbandingan. Performa pemimpin terdahulu menjadi referensi. Bahkan setiap kali membuat keputusan dan menciptakan kebijakan tertentu, bawahan selalu melihat itu dari apa yang terjadi sebelumnya.
Hal ini bisa membuat pekerjaan menjadi mandek. Dari sisi pemimpin, performanya tidak bisa bergerak lancar. Keputusannya terbentur dengan pola pikir bawahan yang masih dibayangi oleh pemimpin terdahulu.
Namun, bukan demikian seorang pemimpin mesti berhenti untuk membuat keputusan dan kebijakan tertentu. Asalkan keputusan itu bernilai positif bagi kepentingan umum, hal itu mesti terus dilakukan.
Seorang pemimpin agama bercerita saat dia masuk ke komunitas baru. Dia ditempatkan di komunitas itu untuk menggantikan temannya yang dipindahkan ke tempat lain.
Biasanya, masyarakat mempunyai banyak ekspektasi pada pemimpin baru. Ekspetasi itu acap kali tidak lepas dari kecenderungan untuk membandingkannya dengan pemimpin terdahulu.
Secara umum, pemimpin terdahulu mempunyai rekor positif di mata umat. Situasi ini secara tidak langsung mempengaruhi pandangan dan reaksi umat dengan pemimpin baru. Tidak heran, di saat-saat awal, umat cenderung menyebut kebijakan dan performa pemimpin terdahulu.