Belanja secara online mempunyai pelbagai resiko. Resiko yang paling pertama dan utama adalah apa yang dipampang di internet bisa saja tidak sesuai dengan barang yang sebenarnya. Hasil pembelian bisa menjadi sia-sia dan mengecewakan kita.
Tidak sedikit orang yang pernah mengalami ini. Dua orang teman saya pernah mengalaminya secara bersamaan. Mereka begitu tertarik pada model celana yang dijual online. Celananya menarik dan mengikuti tren pada waktu itu. Lantas, mereka memesan barangnya dan mesti melakukan transaksi sebelum barangnya dikirim.
Persoalannya, saat barang itu tiba. Memang, modelnya seperti yang terpampang lewat media online. Namun, ukurannya tidak sesuai dengan permintaan. Ukuran paha kedua teman ini terlampau besar sehingga celana itu sulit untuk dikenakan. Pilihan terakhir adalah merelakan barang itu diberikan kepada orang lain.
Pelajarannya, tidak gampang terjebak apa yang dilihat, apalagi yang hanya terpampang secara online. Barang-barang yang dijual secara online kerap menarik mata. Kekuatan promosi barang-barang yang dipasarkan secara online tidak bisa diragukan. Kekuatan promosi itu secara tidak langsung menjawabi tendensi dasar manusia.
Dalam mana, banyak orang yang gampang terjebak dan tergiur pada penampilan luar. Ini juga terjadi pada relasi kita dengan sesama. Dalam mana, tidak sedikit orang yang lebih gampang menilai konteks atau menghakimi seseorang dari penampilan luar.
Terjebak pada Penampilan luar
Tendensi gampang tergiur dan percaya pada pada promosi a la online bisa secara tidak langsung membahasakan tentang karakter manusiawi. Saat ada promosi yang dipajang lewat media online, ada orang yang begitu gampang tertarik untuk memiliki barang itu. Tetapi kalau ditelusuri lebih jauh, apa yang dipromosikan bisa saja hanya sekadar tampilan yang tidak berbicara tentang kondisi aktual dari barangnya.
Begitu pula, saat bertemu dan berelasi dengan orang lain. Seseorang hanya dinilai dari penampilannya. Padahal, kepribadian orang itu bisa saja berbeda dengan apa yang dikenakannya. Karena ini, tidak sedikit orang yang gampang menghakimi dan dihakimi gara-gara penampilan luar.
Padahal, penampilan luar itu tidak sepenuhnya membahasakan apa yang ada di balik penampilannya. Bisa saja, penampilan luar hanyalah kamuflase untuk mengelabui keadaan yang terdalam.
Tendensi gampang menilai sesuatu dan menghakimi seseorang dari penampilan luar bisa membahasakan tentang keterbatasan dalam berefleksi.
Dalam mana, terlalu cepat menilai tanpa menimbang apa yang sedang dilihat. Terlalu cepat menghakimi tanpa menelusuri lebih jauh sesuatu atau orang yang sementara dihadapi. Makanya, kita perlu melatih kemampuan berefleksi tersebut.
Refleksi dulu, baru menilai dan memutuskan
Aktivitas berefleksi ini tidaklah gampang. Kita membutuhkan suplai pengetahuan agar aktivitas berefleksi menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tanpa pengetahuan, hasil dari aktivitas berefleksi itu sendiri bisa saja tidak menjawabi persoalan. Malah, itu bisa memperkeruh situasi.