Dengan ini, saya merasa tidak berkurangan. Malah berkelimpahan, bukan saja soal barang, tetapi perhatian dari tetangga. Perhatian itu semakin menguatkan persaudaraan saat berada di tengah situasi krisis meskipun secara umum kami berasal dari latar belakang yang berbeda.
Di balik pengalaman ini, saya juga berpikir tentang apa yang saya bisa bantu kepada beberapa tetangga di kompleks kami. Saya mencari tetangga yang secara ekonomi sangat berkekurangan. Karena kekurangan itu, mereka tidak bisa memiliki kemampuan untuk mempunyai makanan.
Setelah itu, saya memberikan bantuan beras. Jumlah bantuannya tidak terlalu banyak. Tetapi bantuan itu membuat relasi antara saya dengan mereka semakin dekat. Â Mereka juga merasa kalau saya adalah tetangga mereka.
Tetangga merupakan saudara dan saudari kita selama masa pandemi. Persaudaraan ini menjadi kuat kalau kita memupuknya lewat sebuah relasi yang kita bangun setiap hari.
Hemat saya, perhatian yang dialami selama masa pandemi ini tidak lepas dari relasi yang sudah terbangun sebelumnya. Tanpa adanya keakraban dan perhatian pada relasi sebelumnya, boleh jadi perhatian selama masa pandemi ini akan tidak terjadi.
Di tengah masa pandemi, kita sebenarnya melanjutkan upaya kita untuk memupuk relasi persaudaraan antara tetangga yang sudah terbangun sebelumnya. Malahan, itu bisa menjadi momen untuk menguatkan persaudaraan yang telah terjadi.
Tetangga yang berkekurangan dibantu. Yang berkelebihan membuka hati dan menyodorkan tangan dermawan guna menolong yang berkesusahan. Jadinya, relasi itu menciptakan iklim saling melengkapi antara satu sama lain selama masa krisis pandemi.
Inilah salah satu potret persaudaraan yang menyata selama pandemi. Persaudaraan yang terjadi di antara para tetangga. Tetangga menjadi saudara-saudari yang riil dan terdekat yang bisa kita bantu dan bisa menolong kehidupan kita. Â
Persaudaraan antara tetangga menjadi luntur dan tidak terjadi saat setiap orang hanya mengingat diri sendiri. Bersikap egois dan apatis dengan kehidupan sosial. Dalam mana, kita lebih fokus pada diri sendiri daripada peduli pada orang lain. Jadinya, kesulitan tetangga tidak dipedulikan. Namun, saat kita berhadapan dengan kesusahan, tetangga yang lain juga akan bersikap apatis.
Pada masa pandemi ini, kita mungkin belajar tentang relasi kita dengan tetangga di sekitar kita. Perhatian tetangga kepada kita tidak lepas bagaimana kita berelasi dengan mereka. Saat kita selalu menjalin relasi yang baik dengan tetangga, saat itu pula tetangga akan peduli kepada kita, begitu pun sebaliknya.
Dengan kata lain, relasi yang terbangun setiap hari dengan tetangga menjadi tolok ukur dalam menguatkan persaudaraan di antara kita. Â jadi, marilah kita membangun relasi yang baik dengan tetangga-tetangga yang berada di sekitar kita.