Kita memaknai Hari Pendidikan, 2 Mei saat  kita dihantui oleh wabah virus Corona. Menjadi menarik, kalau kita pun memaknai metode dan hasil proses pendidikan kita dengan kenyataan dan perilaku yang terjadi selama wabah ini menyerang kehidupan sosial kita. Â
Sejak kemunculan kasus Corona di Kota Wuhan, kita mempunyai pelbagai reaksi. Saat negara kita masih bebas dari Corona, tidak sedikit yang menggunakan virus Corona sebagai bahan meme dan lelucon. Ironisnya, ini menjadi hiburan di saat banyak orang menderita di kota Wuhan, China.
Namun, saat kasus virus Corona ditemukan di Indonesia, perilaku masyarakat pun ikut berubah. Lelucon mulai berkurang. Ternyata, ancaman virus Corona itu bukanlah hiburan. Ancamannya tidak main-main. Nyawa menjadi taruhan.
Sikap masyarakat pun berubah. Banyak yang menjadi panik. Gerakan Panic buying terjadi di beberapa tempat. Membelanjakan banyak barang dan bahan makanan seolah wabah virus Corona merupakan akhir dari dunia.
Di lain pihak, ada sekelompok orang yang seenaknya menaikkan harga masker dan sanitizer. Semestinya, krisis bukanlah kesempatan untuk mencari untung. Tetapi, kesempatan untuk berlaku manusiawi terhadap sesama.
Ada pula yang mulai bersikap tertutup. Setiap orang asing yang masuk ke wilayah mereka dilihat dengan mata curiga dan bahkan diusir. Padahal tidak semua orang asing yang berasal dari luar menjadi penyebab pembawa virus Corona.
Belum lagi aksi rasis yang menimpa sekelompok orang. Kesempitan berpikir menyebabkan perlakuan yang negatif kepada sesama.
Tidak sedikit orang yang tidak mau tahu dan peduli dengan wabah virus Corona. Ada arahan dan larangan untuk tidak melakukan kerumunan dan menjauhi keramaian, tetapi tidak sedikit yang tidak peduli dan tidak mau tahu. Seolah kebal dengan pelbagai penyakit. Tetap melakukan kerumunan. Sering keluar rumah dan berada di tempat ramai walau seruan tinggal rumah keluar dari otoritas pemerintah. Â
Tidak hanya itu, sikap penolakan jenasah pasien Covid-19 yang terjadi di beberapa wilayah menjadi salah satu titik buram di tengah wabah virus Corona. Entah informasi dari mana sehingga mereka menganggap bahwa jenasah juga bisa menjadi penyebab penyebaran virus Corona.
Warna-warni sikap dan perilaku masyarakat di tengah wabah virus Corona bisa mencerminkan pendekatan dan proses pendidikan kita. Pendidikan karakter yang menjadi branding dari proses pendidikan kita patut dipertanyakan. Ternyata, hasilnya masih jauh dari harapan. Â
Sikap disiplin yang seyogianya sudah tertanam di dalam diri seseorang tidak nampak saat sudah keluar dan meninggalkan bangku sekolah. Kesadaran hidup bersih yang kerap diingatkan dan dipraktikkan di lingkungan sekolah tidak dilanjutkan di dalam kehidupan di luar sekolah.