Pelbagai spekulasi tentang kondisi kesehatan dan kematian Kim Jong-un mencuat ke permukaan media-media pada beberapa hari terakhir ini.
Salah satu wakil direktur stasiun TV Hong Kong HKSTV, Qing Feng menilai kalau menurut informasi yang sangat solid, penguasa Korea Utara itu sudah meninggal dunia (Mirror.co.uk 26/4/2020)
Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi dari Korea Utara tentang kondisi yang sebenarnya dari pemimpin mereka, Kim Jong-un. Secara umum, berita tentang Kim Jong-un masih sebatas spekulasi. Namanya, spekulasi. Itu bisa saja dugaan yang tidak berdasar pada kenyataan atau juga berdasar pada tanda-tanda tertentu.
Pertanyaannya, mengapa spekulasi seperti itu bisa muncul ke publik?
Menimbang karakter Korea Utara yang terbilang tertutup dan rahasia, spekulasi memang sulit dihindari. Tetapi kalau ada keterbukaan, pastinya pelbagai spekulasi itu tidak terjadi.
Tetapi karena ada ketertutupan negara pada aneka informasi ke luar, orang-orang akan cenderung menduga-duga kenyataan yang sementara terjadi. Terlebih lagi, fakta-fakta tertentu memberi arah untuk membenarkan spekulasi yang sementara beredar. Â
Spekulasi ini menjadi hangat karena ini bukan saja beredar di satu atau dua media. Spekulasi tentang kesehatan Kim Jong-un yang dalam situasi koma dan bahkan kematiannya beredar di banyak media. Betulkah Kim Jong-un meninggal dunia?
Tidak ada yang tahu pasti. Pelbagai spekulasi akan lenyap saat Korea Utara berbicara tentang kenyataan yang sebenarnya. Ataukah pemimpin berusia 36 tahun itu muncul ke permukaan publik.
Terlepas dari berita kematian Kim Jong-un, mencuat juga berita yang cukup menarik. Berita itu menyatakan kalau kondisi kesehatan Kim Jong-un memburuk karena kesalahan prosedur medis yang dijalankannya.
Melansir berita dari Mirror. Com (26/4/2020), prosedur medis itu berlangsung salah karena ulah satu dokter yang melayani operasi jantung untuk Kim Jong-un. Tangannya bergetar saat melangsungkan operasi tersebut. Karena ini, proses operasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kim Jong-un malah berada dalam kondisi kritis.
Tentang situasi "tangan bergetar" ini, kalau informasi ini benar, saya hanya menerka kalau si dokter berada dalam ketidaknyamanan. Boleh saja, dia merasa gugup karena tekanan yang dilimpahkan kepadanya. Apalagi negara Korea Utara yang terbilang keras dalam proses hukuman. Â