Selain fasilitas rumah sakit, fasilitas pos checkpoint mempunyai peran penting di tengah serangan wabah virus Corona. Sebuah pos checkpoint itu biasanya berada di tempat strategis. Salah satunya, di gerbang masuk sebuah kabupaten dan desa. Â
Pos checkpoint juga menjadi salah satu alternatif pemerintah Filipina dalam melawan laju penyebaran virus Corona. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Filipina menginstruksikan mendirikan pos checkpoint mulai dari pemerintah desa, kabupaten dan tingkat provinsi. 24 jam para petugas diwajibkan berada dan bertugas di pos checkpoint selama masa karantina.
Di checkpoint di tingkat kabupaten dan provinsi, yang bertugas biasanya tim medis, pihak keamanan dan beberapa petugas dinas dari kabupaten. Sementara di level desa, aparat desa melakukan rotasi di antara mereka sendiri dalam menjalankan tugas di pos checkpoint.
Tugasnya bukan sekadar duduk, melihat orang dan memerhatikan kendaraan yang keluar dan masuk atau juga menjadi tempat informasi. Tanggung jawab mereka yang bertugas di pos checkpoint terbilang  berat dan menantang. Pendeknya, mereka serupa dengan tim screening.
Tugasnya menjadi berat karena mereka harus mendatakan siapa saja yang keluar dan masuk ke sebuah wilayah. Kalau yang keluar dari wilayah adalah seorang yang tidak mengantongi kartu identitas masa karantina, maka dia tidak diijinkan untuk keluar. Begitu pula, kalau yang masuk bukan dari wilayah mereka dan tanpa kartu identitas. Yang bersangkutan tidak boleh masuk.
Dua pertanyaan yang kerap kali dilontarkan oleh para petugas di chekcpoint. Tempat tujuan dan tempat asal. Jawabannya akan dicatat. Tujuannya, apabila ada kasus yang berhubungan dengan orang yang tercatat dalam buku laporan itu, hal itu gampang teridentifikasi dan diikuti jejak perjalanannya.
Pendataan dan pengamatan yang salah akan beresiko pada keselamatan orang lain. Begitu pula kalau orang memberi jawaban yang tidak benar.
Saat menemukan seorang yang memiliki suhu badannya panas atau menderita demam, pihak medis akan segera meminta yang bersangkutan untuk dikarantina di suatu tempat yang telah disediakan. Karantina biasanya 14 hari atau juga bergantung pada hasil pemeriksaan. Â
Pernah suatu kali seorang balita luput dari pemantauan petugas di checkpoint. Tak disangka, balita itu ternyata menderita demam. Petugas medis tidak bisa memastikan kalau demannya itu disebabkan karena sakit biasa ataukah karena penyakit Covid-19.
Sembari menanti pengecekan untuk memastikan sakit dari balita itu, pihak otoritas memerintahkan semua yang bertugas di pos checkpoint sewaktu ibu dan balita itu masuk untuk dikarantina. Sementara itu, desa di mana balita itu tinggal juga ikut dilockdown total. Saat hasil pemeriksaan dinyatakan negatif, mereka boleh keluar dari karantina dan kembali menjalankan tugas di checkpoint. Â
Tugas di checkpoint juga terbilang menantang. Mereka kerap kali mengecek secara langsung suhu dari orang-orang yang masuk dari luar. Kontak langsung dengan orang lain tak bisa dielak. Kadang mereka menegur dengan keras orang-orang yang tidak bermasker saat melakukan perjalanan.