Peluang dalam rupa pendidikan, karir, berbisnis, berpolitik dan lain sebagainya adalah serangkaian peluang yang bisa diperolah oleh kaum perempuan dan lak-laki. Bahkan keduanya bisa saling mendukung.
Saling mendukung untuk mendapatkan peluang yang sama bisa terjadi dalam konteks relasi suami-istri. Suami mendukung peluang karir dari seorang istri tanpa terbebankan oleh rasa tersaingi. Sementara itu, istri juga mempunyai caranya untuk  menopang suami dalam berkarir. Â
Pada titik inilah, penghargaaan antara suami dan istri itu nampak. Sebagai akibat, istri tidak dinomorduakan di dalam kehidupan berkeluarga dan suami tidak merasa sebagai pemegang tunggal dalam pembuatan keputusan.
Saya yakin kisah Anna adalah salah satu kisah dari banyak kisah tentang bagaimana suami mendukung dan menghargai istri sebagai seorang perempuan. Dalam hal ini, perempuan tidak terbatas perannya sebagai seorang istri dan ibu. Bahkan dia bisa memanfaatkan perannya sebagai wanita berpendidikan dan berkarir dalam konteks sosial.
Kisah Anna pun menjadi gambaran dan bukti nyata dari pemaknaan hari perempuan internasional. Perayaan itu bukanlah sekadar ajang tahunan untuk mengingatkan kita tentang keseteraan gender, tetapi perayaaan itu merupakan panggilan untuk kita mewujudnyatakan kesetaraan gender tersebut.
Perwujudan kesetaraan gender itu menyata lewat mendukung kaum perempuan lewat. Dukungan itu hadir lewat memberikan peluang bagi perempuan untuk mewujudnyatakan peran mereka dalam konteks sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H