Komunikasi menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah relasi sosial. Kita berkomunikasi dengan kata-kata atau pun bahasa tubuh yang bisa dipahami bersama.
Intensitas sebuah komunikasi bisa membangun dan menguatkan relasi sosial tersebut. Kita bisa mengenal seseorang dengan baik lewat sebuah komunikasi. Apalagi komunikasi itu dibumbui dengan perhatian dan kasih sayang.
Tanpa sebuah komunikasi, relasi sosial itu bisa bernuansa datar, hambar dan kering. Umumnya hal itu terjadi saat tidak adanya kasih sayang dan perhatian dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu.
Komunikasi itu terjadi karena karena faktor fungsional semata tanpa melibatkan perasaan di antara kedua belah pihak.
Misalnya, komunikasi antara pemimpin dan bawahan yang terjadi karena faktor fungsi dan peran di tempat kerja. Tetapi kalau komunikasi antar pemimpin dan bawahan itu disertai dengan perasaan dan perhatian, relasi antara keduanya bisa menjadi dekat dan intim.
Komunikasi di keluarga seyogianya tidak hanya semata-mata melibatkan kata-kata dan bahasa tubuh. Komunikasi itu sendiri mesti melibatkan perasaan dan perhatian setiap anggota keluarga.
Seorang suami berkomunikasi bukan karena semata-mata peran dan fungsinya sebagai seorang suami dan ayah bagi keluarga. Di balik peran dan fungsinya, dia mesti melibatkan kasih dan perhatian.
Tidak heran, nasihat seorang ayah akan berdampak, saat nasihat itu bukan hanya perintah yang tegas tetapi juga diwarnai dengan perhatian dan kasih kepada anak-anak. Dengan ini, anak-anak bisa merasa tidak terbebankan untuk menjalankan instruksi ayah karena mereka melihat sisi perhatian dan cinta di balik perintah tersebut.
Komunikasi Suami dan Istri Mesti Selalu dibumbui dengan Kasih
Begitu pula komunikasi antara suami dan istri. Kualitas komunikasi antara suami dan istri ditentukan oleh kualitas perasaan yang dimiliki oleh kedua belah pihak. Perasaan itu terekspresi lewat kata-kata dan perbuatan.
Kata-kata dan bahasa tubuh yang penuh dengan aroma cinta dan ungkapan kasih sayang bisa membahasakan tentang perasaan yang mendiami diri salah satu pasangan.
Sebaliknya, saat komunikasi begitu hambar, bisa jadi tidak adanya perasaan kasih yang berdiam di dalam diri salah satu pasangan. Atau kedua belah pihak tidak mempunyai perasaan satu sama lain.