Hampir serupa dengan situasi orang-orang Indonesia, pemerintah Inggris juga mencabut kewarganegaraannya karena keterlibatannya dengan organisasi teroris ISIS.
Shamima Begum mengajukan pada pengadilan Inggris untuk mengembalikan kewarganegaraannya sebagai orang Inggris pada tahun lalu. Tetapi di awal bulan ini, pengadilan menolak pengajuan itu. Begum mengetahui hal itu lewat berita di media tanpa informasi resmi dari pemerintah untuknya. (The guardian.com 17/2/2020).
Orangtua Begum berasal dari Bangladesh. Sebelum melakukan perjalanan ke Syria, Begum pernah hidup di Inggris dan berkewarganegaraan Inggris. Situasi menjadi berbeda, saat Begum memutuskan untuk bergabung dengan ISIS di Syria. Seperti WNI di kamp pengungsian, Begum juga mengalami kondisi tidak nyaman.
Â
Selain itu, otoritas keamanan Inggris juga menilai kalau Begum pernah menjadi pasukan keamanan dari Al-Hisba, polisi moralitas dari organisasi ISIS. Bahkan Begum juga dikabarkan pernah dilatih menjadi pengebom bunuh diri.
Mungkin karena ini menjadi salah satu pertimbangan penolakan pengajuan Begum untuk kembali ke Inggris. Seperti apa yang dikemukan oleh pemerintah Indonesia, kepulangan Begum bisa menjadi virus yang mempengaruhi warga negara Inggris. Â
Saat ini Begum berada di al-Roj camp di Kurdis, bagian utara Syria. Dia tinggal bersama Kimberley Polman yang memiliki dual kewarganegaraan, Amerika Serikat dan Kanada.
Seperti Begum, Polman juga sedang menanti jawaban dari pemerintahnya apakah dia diperbolehkan pulang ataukah tidak.
Begum juga merupakan salah satu dari 4000 perempuan yang berasal dari lebih dari 50 negara yang hidup di kamp pengunsian di bagian utara Syria.
Dikabarkan kalau otoritas Syria berencana untuk mengadakan pengadilan kepada 1000 pejuang laki-laki. Para pejuang ini merupakan orang-orang asing yang berasal dari bebarapa negara.
Mereka ditempatkan di beberapa penjara berbeda di Syria. Meski demikian, sejauh ini belum ada informasi mengenai nasib kaum perempuan (the guardian 17/2/2020).
Shammima Begum dan 600-an warga negara Indonesia menghadapi nasib yang hampir serupa. Mereka ditolak oleh negara asal mereka.
Sikap negara seperti Indonesia dan Inggris merupakan bagian konsekuensi serius pada keputusan beberapa warga negara yang bergabung dengan organisasi ISIS. Bergabung dengan ISIS merupakan keputusan untuk menyangkal kewarganegaraan mereka.